Bisnis.com, JAKARTA--Sekretaris Jendral Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (Amkri) Abdul Sobur mengatakan omzet pasar furnitur dan kerajinan di dalam negeri setidaknya Rp10 triliun per tahun.
Dengan asumsi sekitar 45% pasar dikuasai produk impor, setara dengan Rp4,5 triliun - Rp5 triliun. Ketika pangsa pasar asing naik menjadi 55% pada tahun ini maka nilai bertambah menjadi Rp5,5 triliun - Rp6 triliun.
"Mungkin kita tidak besar bisa melawan, yang bisa kita lawan itu produk-produk kelas bawah. Asing itu bisa menawarkan fasilitas berbelanja yang enak, ada coffee shop [dan lainnya]," ucap Abdul, di Jakarta, Senin (19/1/2015).
Amkri menyebutkan ada sejumlah hal yang bisa diupayakan untuk meningkatkan market share di negeri sendiri. Abdul menyebutkan salah satunya meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam hal desain maupun pemasaran.
Opsi lain bisa dengan pengaturan di bidang kepelabuhanan. Furnitur dan kerajinan dari luar negeri sebaiknya berlabuh di pelabuhan yang tidak strategis, bukan Tanjung Priok, agar hambatan distribusinya semakin besar.
Selain itu juga dapat ditempuh melalui pengetatan standardisasi nasional. Tapi asosiasi justru khawatir yang terjegal dalam verifikasi SNI justru industri domestik di kelas menengah bawah. Oleh karena itu perlu dibarengi dengan penguatan SDM.
Direktur Hasil Hutan dan Perkebunan Kemenperin Pranata mengakui produsen furnitur lebih fokus mengembangkan pasar ekspor daripada domestik. Untuk memperkuat dua lapak dagang ini harus bisa ditransformasi keunggulan komparatif jadi kompetitif.
Industri furnitur memiliki keunggulan komparatif tersokong ketersediaan bahan baku di dalam negeri. Tapi untuk menjangkau peningkatan daya saing perlu dikembangkan lebih dalam kemampuan desain.
"Diharapkan penguatan desain bisa tingkatkan keunggulan kompetitif. Kita juga ada SVLK. Melihat [perkembangan furnitur] dari harga jual bukan jumlah tonase. Ini semua langkah ubah komparatif menjadi kompetitif," kata Pranata.
Untuk meningkatkan daya saing melalui penguatan desain ditempuh melalui pembentukan Pusat Desain Nasional di Pusat Pelatihan Ekspor Indonesia. Desain furnitur Indonesia belum kompetitif lantaran jumlah desainer yang berminat kepada produk ini terbatas.