Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Harus Tepat Tindak Mafia Migas Sebenarnya

Rektor Universitas Proklamasi (UP) 45 Yogyakarta Profesor Dawam Rahardjo menilai PT Pertamina Energy Trading (Petral) bukan termasuk ke dalam kelompok mafia migas karena hanya trading agency, sebagai alat PT Pertamina (Persero).

Bisnis.com, JAKARTA - Rektor Universitas Proklamasi (UP) 45 Yogyakarta Profesor Dawam Rahardjo menilai PT Pertamina Energy Trading (Petral) bukan termasuk ke dalam kelompok mafia migas karena hanya trading agency, sebagai alat PT Pertamina (Persero).

"Sebenarnya, mafia migas itu kelompok kepentingan yang berusaha untuk mengimpor migas dari luar negeri," katanya, Kamis (11/12/2014).

Adapun Petral yang berkedudukan di Singapura, menurut guru besar ilmu ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang, pada 1993 ini, hanya sebagai trading agency. "Jadi Petral itu bukan termasuk dalam kelompok mafia migas," tandasnya.

Mantan Ketua tim penasihat Presiden BJ Habibie ini mengatakan mafia migas yang merupakan kelompok impor atau perdagangan migas itu bekerja sama dengan pihak penguasa yang bisa mengambil keputusan.

"Mafia migas itu adalah kelompok impor atau perdagangan migas yang mempunyai kerja sama dengan pengambil keputusan, khususnya di ESDM, bukan dengan Pertamina, tapi dengan ESDM," tandasnya.

Mafia migas terdiri berbagai kelompok kepentingan, termasuk pihak-pihak yang menghalang-halangi pembuatan kilang minyak karena tak mau Indonesia bisa mengolah minyak mentahnya sendiri menjadi berbagai jenis bahan bakar minyak (BBM).

"Karena pembuatan kilang itu meningkatkan nilai tambah, sehingga kita tidak perlu mengimpor produk-produk migas. Jadi ini rawan," ujarnya.

Selain itu, aparat kemanan yang menjadi baking, seperti yang terjadi di Riau. "Itu juga mafia migas juga adalah kelompok kepentingan yang berhasil bekerja sama dengan kalangan baju seragam itu," tandasnya.

Kelompok lainnya, kata Dawam, melakukan pencurian minyak mentah (lllegal typing) dari pipa distribusi milik Pertamina dan kemudian menjualnya ke pihak asing melalui laut dengan pengawalan aparat keamanan seperti yang terjadi di Sumatera Selatan yang menimbulkan kerugian hingga Rp 45 miliar per bulan pada 2012.

"Ya termasuk juga itu, sabotase dan sebagainya untuk membendung peningkatan produksi minyak. Intinya banyak kelompok mafia migas. Kelompok rente ekonomi. Itu sampai pada kalangan teratas pengambil keputusan di kementerian," ungkapnya.

Mafia migas melakukan berbagai cara untuk menjadikan Indonesia sebagai importir minyak abadi, karena dari impor itulah para mafia mendulang rente dan tidak peduli rakyat menjerit mahalnya harga BBM berbagai efek turunannya, seperti melejitnya berbagai harga kebutuhan hidup.

"Dulu, itu kelompok mafia migas berhasil membubarkan BP Migas, karena BP Migas dianggap sebagai penghalang, karena BP Migas bertujuan untuk tingkatkan produksi migas dalam negeri. Kalau produksi migas dalam negeri meningkat, mk dengan sendirinya impor berkurang, kan!" paparnya.

Saat disoal apa yang harus dilakukan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas, Faisal Basri, untuk memutus praktik mafia migas yang begitu menggurita dan melibatkan pihak yang mempunyai uang bekerjasama dengan penguasa, Dawam mengatakan, ada beberapa langkah yang harus ditempuh.

"Saya kira, harus menyelidiki, membongkar benang kusut mafia migas itu, siapa pelakunya, cara-caranya gimana, kerja samanya dengan siapa saja, dan seterusnya. Memutus mata rantai kerjasama gelap itu, karena keuntungan dari impor migas itu sangat besar, banyak pemimpin-pemimpin politik yang ikut menikmati rente ekonomi itu," paparnya.

Dawam mengaku geram dengan praktik kotor yang merugikan keuangan negara itu, sehingga para pelakunya harus mendapat ganjaran hukuman berat. "Sama dengan korupsi, karena sifatnya merugikan kepentingan negara," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Editor :

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper