Bisnis.com, JAKARTA—PT Pertamina (Persero) sedang mengkaji opsi swap Blok Mahakam yang dikelola Total E & P Indonesie dengan blok luar negeri.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktru Utama Pertamina Muhamad Husen tengah mengkaji segala kemungkinan terkait perpanjangan kontrak Blok Mahakam di Kalimantan Timur termasuk opsi swap Blok Mahakam dengan blok luar negeri yang dimiliki Total.
“Kami sedang mengkaji segala kemungkinan,” katanya seperti dikutip Bisnis, Rabu (12/11/2014)..
Menurutnya, opsi swap segala kemungkinan bisa terjadi dalam hubungan yang bersifat business to business (b to b). Namun, Husen belum mau membicarakan persoalan tersebut lebih jauh.
“Enggak boleh diomongin kan masih dagang,” ujarnya.
Terkait kelanjutan operatorship Blok Mahakam, Husen menyatakan saat ini pemerintah masih membahas skema yang akan diberlakukan pascahabis kontrak pada 2017.
Husen enggan menjawab apakah Pertamina meminta 100% kepemilikan Blok Mahakam ataukah sebagian.
Namun, dia menyatakan kesiapan Pertamina untuk menjadi operator Blok Mahakam jika ditunjuk oleh pemerintah.
“Kan di surat kami sudah sampaikan bahwa kami siap,” ungkapnya.
Saat ini, Husen menyatakan Pertamina tengah mempersiapkan presentasi kesiapan mengelola Blok Mahakam di depan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Namun, dia mengaku belum tahu jadwal pasti presentasi tersebut.
“Kami lagi persiapkan semua, tim sudah bekerja di bawah Pak Denny Tampubolon [SVP Upstream Business Development],” katanya.
Berdasarkan catatan Bisnis, Total menginginkan kepastian operatorship Blok Mahakam bisa dikeluarkan selambat-lambatnya awal 2015 agar perusahaan bisa menentukan arah investasi setelah kontrak berakhir pada 31 Desember 2017.
Total E&P President for Asia-Pasific Jean-Marie Guillermou mengatakan pihaknya telah meminta kepastian operatorship itu sejak 2008 dan diskusi terakhir bersama pemerintah Indonesia pada Februari 2013.
“Namun, hingga sekarang kami belum memperoleh kepastian itu,” ungkapnya.
Dia menjelaskan keputusan pada awal 2015 diperlukan agar Total bisa menentukan investasi ke depan.
Menurutnya, pihaknya menawarkan masa transisi selama 5 tahun dengan memasukkan perusahaan Indonesia dalam hak partisipasi.
Nantinya, dalam masa transisi tersebut, hak partisipasi yang dimiliki Total 35%, Inpex Corporation 35% dan konsorsium dari Indonesia sebesar 30%.
Dia mengatakan dengan diperolehnya keputusan pada awal 2015, pihaknya bersama pengelola blok itu seusai masa transisi akan melakukan persiapan dalam kurun waktu hingga 2017.
“Kalau keputusan baru diperoleh pada 2016, saya kira itu sudah sangat terlambat,” tegasnya.
Dia mengungkapkan dalam masa transisi itu, nantinya Total akan mentransfer segala pengetahuan dan pengalamannya dalam mengelola blok tersebut kepada Badan Operasi Bersama (Joint Operating Body).
INGIN BACA INFORMASI LAINNYA? SILAKAN KLIK