Bisnis.com, JAKARTA- Direksi Baru PT Pertamina (Persero) menyatakan akan melakukan review kajian yang telah dilakukan oleh direksi lama, terkait pengelolaan Blok Mahakam di Kalimantan Timur setelah habis kontrak pada 2017.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan direksi lama telah melakukan kajian dalam rangka menyusun proposal pengelolaan Blok Mahakam pascahabis kontrak. Dia menyebutkan direksi baru akan mengkaji hasil kajian yang telah dilakukan direksi lama.
"Kami akan me-review apapun nanti hasilnya," katanya.
Dari hasil kajian itu, menurutnya, perseroan baru akan memutuskan apakah pengelolaan Blok Mahakam dialakukan sendiri atau mengikutsertakan kontraktor lama, PT Total E & P Indonesie. Apapun nanti keputusan yang diambil, tegasnya, keputusan itu merupakan yang terbaik bagi Pertamina.
Dwi menjanjikan kajian mengenai operatorship Blok Mahakam akan dilakukan dalam waktu yang cepat. Di sisi lain, dia meminta untuk diberi waktu mempelajari secara detail persoalan Blok Mahakam karena baru menempati posisi Direktur Utama selama tiga hari.
"Nanti saya lihat posisinya seperti apa, saya pelajari dalam satu dua hari ini," jelasnya.
Seperti diketahui, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah memastikan Pertamina sebagai pemegang saham mayoritas dan pengelola Blok Mahakam setelah 2017.
"Belum diputuskan, tapi semangatnya diberikan kepada Pertamina," ujar Widhyawan Prawiraatmadja, Kepala Unit Pengendalian Kinerja Kementerian ESDM.
Dia menuturkan opsi pengelolaan Blok Mahakam bisa diserahkan 100% kepada Pertamina ataupun mengikutsertakan Total. Menurutnya, keputusan tersebut tergantung bagaimana perusahaan migas tersebut meyakinkan pemerintah.
“Kalau dulu ESDM yang dikejar-kejar, sekarang kita yang ngejar-ngejar [Pertamina],” ujarnya.
Sementara itu, Menteri ESDM Sudirman Said telah mengisyaratkan keikutsertaan Total. Dia
menyatakan pemerintah tidak menginginkan perpindahan pengelolaan Blok Mahakam dari Total ke Pertamina tanpa memperoleh keuntungan apapun.
“Kami tidak mau semata-mata pindah tapi tidak mendapatkan apa-apa,” katanya.
Karena itu, dia mendorong agar keikutsertaan Total di Blok Mahakam diganti dengan menggandeng Pertamina mengelola blok minyak dan gas bumi (migas) di luar negeri.
Widhyawan menambahkan mekanisme pertukaran blok luar negeri (swap) harus menguntungkan Pertamina dengan indikator cadangan minyak dan produksi yang bagus.
“Iyalah, kalau dikasih blok yang ecek-ecek [tidak bagus] ngapain,” ungkapnya.
Jika Total menolak opsi swap atau menawarkan blok yang tidak menjanjikan, tegasnya, pengelolaan Blok Mahakam di Kalimantan Timur setelah kontrak selesai pada 2017 mendatang akan diserahkan 100% kepada Pertamina.
Dia tidak menampik hengkangnya Total dari Mahakam menimbulkan risiko turunnya produksi migas. Namun, menurutnya, penurunan produksi tersebut harga yang harus dibayar untuk menyelamatkan harga diri bangsa.
“Kalau bahasa saya itu the price of national pride,” tegasnya.
Widhyawan menuturkan perusahaan asal Perancis itu memiliki sejumlah blok migas di sejumlah negara Timur Tengah dan Afrika seperti Nigeria, Libya, Oman, dan Angola. Menurutnya, Blok Nigeria merupakan salah satu yang bisa dipertukarkan.
“Sebelumnya kita cek dulu [cadangan minyak dan jumlah produksi],” katanya.
Syarat lain, blok yang dipertukarkan harus menghasilkan minyak jenis light sweet oil karena sebagian besar kilang dalam negeri mengolah jenis tersebut. blok-blok di luar negeri yang menghasilkan minyak jenis sweet berada di Afrika.
Selain itu, faktor keamanan juga menjadi salah satu pertimbangan. “Jangan sampai kita mendapatkan blok di daerah konflik,” ujarnya.