Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kenaikan Tarif Listrik Berpotensi Gerus Pertumbuhan Industri

Kementerian Perindustrian menyatakan kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) yang berlaku 1 Mei 2014 untuk golongan industri bisa memengaruhi pertumbuhan industri tahun ini

Bisnis.com, JAKARTA--Kementerian Perindustrian menyatakan kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) yang berlaku 1 Mei 2014 untuk golongan industri bisa memengaruhi pertumbuhan industri tahun ini.

Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengatakan pihaknya sudah bersikeras memperjuangkan agar cicilan kenaikan tarif listrik untuk pelanggan golongan industri tahun ini bisa diperpanjang.

Pasalnya, kenaikan tarif listrik dengan presentase 38,9% hingga 64,7% dalam waktu kurang dari satu tahun bakal memengaruhi proses dan juga biaya produksi.

Saya mau menjaga jangan sampai karena masalah cash flow perusahaan, kemudian perusahaan mengurangi produksinya, karena ujung-ujungnya akan terjadi lay off. Itu yang mau saya jaga,” katanya, Senin (21/4/2014).

Perlu diketahui, Peraturan Menteri Energi No.9/2014 yang diteken 1 April lalu menetapkan dua macam tarif listrik bagi pelanggan industri menengah (I-3) dengan daya listrik terpasang di atas 200 kilowatt.

Tarif untuk I-3 yang mencatatkan saham dibursa naik 38,9% mulai 1 Mei menjadi Rp1.115 per kWh, sedangkan perusahaan yang yang belum terdaftar belum dikenakan.

Kemudian Permen juga menyebutkan pelanggan golongan industri besar dengan daya 30.000 kilowatt (I-4) menerima kenaikan tarif 64,7%. tarif untuk golongan I-4 yang saat ini Rp723 per kWh akan naik bertahap setiap dua bulan menjadi Rp1.191 per kWh pada 1 November 2014.

Menurut Hidayat, ada sekitar 400 perusahaan yang mewakili industri besar dan strategis yang menemuinya untuk dibantu mendapatkan keringanan.

Pada prinsipnya, pelaku usaha tidak menolak kenaikan, hanya saja berharap cicilan bisa diperpanjang hingga tiga tahun. Hal ini dilakukan untuk menjaga keberlangsungan produksi dan kompetitif perusahaan.

Tadinya saya pikir masih bisa diperpanjang paling tidak sampai akhir tahun depan (dua tahun). Namun, sekarang sudah terlambat (tak ada negosiasi ulang), sudah ditandatangani aturannya dan saya juga sudah tandatangan, sebagai orang pemerintah, jadi harus taat,” jelas Hidayat.

Meski begitu, kini dia mengkhawatirkan dampak kenaikan tersebut pada kinerja industri, apalagi Indonesia akan menghadapi berlakunya masyarakat ekonomi Asean (MEA) 2015.

Selain itu, dia juga mengkhawatirkan dampak kenaikan tarif listrik terhadap pertumbuhan industri, khususnya industri besar dan strategis.

Kementerian Keuangan menghitung akan ada penghematan hingga Rp8 triliun dengan adanya penghapusan subsidi listrik untuk industri ini.

Namun, kata Hidayat, penghematan tersebut akan dibayar dengan resiko yang terjadi di sektor industri. Menurutnya, pelemahan dan penciutan kinerja sektor industri.

Karena bagaimanapun, kenaikan tarif listrik sebesar 64% pasti memengaruhi kinerja industri.

“Pasti pengaruh ke pertumbuhan industri. Hal ini karena dampaknya terjadi pada sektor-sektor penopang pertumbuhan dan memberikan kontribusi kepada ekspor non migas.”

Adapun sektor industri penopang pertumbuhan seperti industri baja, industri petrokimia, industri semen dan industri tekstil.

Saya masih akan hitung berapa pengaruhnya pada pertumbuhan industri manufaktur. Yang saya harapkan dengan sangat, perusahaan jangan sampai melakukan penciutan usaha dan lay off, saya sangat khawatir dan menghindari,” lanjut Hidayat.

Adapun sebelumnya, Kemenperin menargetkan pertumbuhan industri manufaktur bisa mencapai 6,4%-6,8%. Sedangkan tahun lalu, realisasi pertumbuhan industri mencapai 6,18%.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Riendy Astria
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper