Bisnis.com, JAKARTA - Industri bioteknologi kelautan perlu didorong untuk mengurangi impor produk kelautan berteknologi tinggi yang selama ini kerap dilakukan, yaitu dengan pemberian insentif atau kemudahan permodalan.
Sektor yang sangat tergantung sekali dengan impor bahan baku produk kelautan berteknologi tinggi utamanya adalah industri farmasi dan obat, dimana laut Indonesia menyediakan semua bahan tersebut.
“Kami punya teknologi yang bisa membuat bahan itu dari laut. Misalnya, rumput laut untuk bahan baku kosmetik atau air laut dalam,” kata Ketua Perhimpunan Biofarmasetika Kelautan Indonesia Ekowati Chasanah kepada Bisnis.com, Selasa (4/3/2014).
Ekowati menjelaskan, prospek industrik bioteknologi kelautan prospektif karena peluang pasar, terutama untuk pasar dalam negeri, sangat terbuka lebar.
Namun, dirinya mengaku heran kenapa sampai sekarang tidak ada perusahaan nasional yang berminat masuk ke bisnis ini.
Rumput laut adalah salah satu produk laut Indonesia yang sangat melimpah, yang hanya diekspor secara mentah, padahal jika sedikit saja diolah di dalam negeri akan menghasilkan banyak produk lain, seperti kosmetik, jelly, dan produk-produk kesehatan yang berbentu kapsul.
Selain itu, kata Ekowati, enzim yang dihasilkan oleh rumput laut juga merupakan produk yang sangat baik sebagai anti-kanker atau untuk menekan pertumbuhan sel-sel kanker.
Dia menjelaskan industri yang memanfaatkan bahan baku biotek belum berpikiran untuk memproduksi sendiri atau mengembangkan penelitian. Sementara, paparnya, peneliti yang berkutat dengan bidang itu kesulitan untuk mengakses industri.