Bisnis.com, SAMARINDA – Sebuah terobosan bioteknologi lokal menuai sorotan lantaran diklaim mampu menahan segala jenis penyakit tanaman.
Produk berbasis enzim yang bernama Fitofit ini disebut mampu mendongkrak hasil panen dan melindungi tanaman dari berbagai serangan penyakit.
CEO Ekotani Indonesia Andy Wahab menyatakan produk ini telah dikembangkan selama dua dekade.
Andy merinci, Fitofit yang dihasilkannya bekerja melalui mekanisme ganda pada tanaman.
Pertama, produk ini mampu menyerap nutrien esensial dari udara, seperti nitrogen, karbon dioksida (CO2), dan uap air yang vital untuk proses fotosintesis.
Kedua, Fitofit disebut mampu mereduksi kadar oksigen yang bertujuan menghambat proliferasi virus patogen tanaman yang umumnya bersifat aerobik atau membutuhkan oksigen untuk berkembang.
Baca Juga
Sebagaimana diketahui, enzim merupakan protein khusus yang berperan vital dalam berbagai proses biologis makhluk hidup dan berfungsi untuk mempercepat reaksi penting, seperti pertumbuhan tanaman.
Pria yang meraih gelar insinyur proses dengan keahlian spesifik di bidang katalisator dan reaktor dari University of Erlangen-Nuremberg, Jerman, ini memulai pengalaman risetnya di negara tersebut dari tahun 1998 hingga 2001.
"Keputusan untuk kembali dan berkarya di Indonesia untuk berkontribusi pada kemajuan bangsa," ujarnya dalam keterangan resmi, Minggu (11/5/2025).
Dia mengungkapkan bahwa Fitofit telah menunjukkan hasil awal yang menjanjikan, misalnya dalam pemulihan tanaman padi yang terindikasi telah mengidap infeksi parah oleh Virus Tungro.
Lebih lanjut, dia mengeklaim produknya berpotensi untuk diterapkan dalam mengatasi permasalahan virus di sektor peternakan dan perikanan melalui prinsip kerja serupa.
Kendati demikian, dalam ranah ilmiah, klaim efikasi, terutama yang berdampak pada sektor pangan dan kesehatan, menuntut proses validasi yang komprehensif dan transparan.
Pengujian berulang melalui metodologi riset yang ketat oleh lembaga penelitian independen menjadi syarat mutlak untuk memastikan konsistensi, keamanan, dan kepercayaan publik, khususnya komunitas petani.
Mengingat enzim ini bersumber dari alam, aspek standarisasi proses ekstraksi dan jaminan kualitas berkelanjutan juga penting. Andy menyebutkan, komersialisasi Fitofit kini dijalankan oleh anaknya.
Setelah melalui serangkaian proses, Fitofit memperoleh izin edar dari otoritas pemerintah dengan klasifikasi sebagai pupuk organik.
Sebenarnya dia masih berkeinginan agar produknya bisa diklasifikan sebagai enzim, bukan pupuk organik karena perbedaan teknisnya.
Dia menilai label pupuk organik berpotensi kurang merepresentasikan secara utuh mekanisme kerja Fitofit yang spesifik sebagai biokatalisator enzimatik.
Hal ini dikhawatirkan dapat menimbulkan ambiguitas kepada para pengguna mengenai spektrum manfaat utamanya.
Adapun, Andy menuturkan Fitofit dipasarkan melalui platform digital dengan harga ritel mencapai Rp160.000 per botol.
"Komitmen kami adalah untuk terus melakukan riset internal, meningkatkan standar kualitas, dan secara bertahap membangun kemitraan strategis serta transparansi data agar inovasi ini dapat memberikan manfaat sebesar-besa rnya bagi petani Indonesia," pungkasnya.