Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inilah Kemungkinan Dampak Tapering Bagi RI

Pengurangan (tapering off) stimulus moneter bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve diyakini bakal mempengaruhi Indonesia

Bisnis.com, DEPOK— Pengurangan (tapering off) stimulus moneter bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve diyakini bakal mempengaruhi Indonesia.

Defisit neraca transaksi berjalan yang dibarengi dengan penurunan harga komoditas membuat beban Indonesia berlipat.

Namun, pakar ekonomi dari Universitas Indonesia Dorodjatun Kuntjoro Jakti mengatakan tapering juga akan mempengaruhi perekonomian negara lain. Dengan cadangan devisa dan rasio hutang yang cukup aman, Indonesia dinilai masih cukup kuat menghadapinya.

“Kalau nanti dilakukan tapering, bunga naik maka cost of fund juga akan mahal di dunia, bukan cuma kita yang sudah terkena BI Rate, tapi seluruh bank di dunia. Apalagi kalau pada saat yang sama currency ikut naik,” paparnya di sela acara di Kampus UI, Kamis (28/11/2013).

Pasca-tapering Indonesia boleh jadi bakal menghadapi, yang disebut Dorodjatun, sebagai masa mengambang selama 2—3 tahun sebelum akhirnya menemukan keseimbangan, terutama di sektor riil dan neraca transaksi berjalan.

 

Sementara itu, tahun depan dia melihat kebijakan perekonomian Indonesia mau tak mau harus memperhatikan betul kondisi perekonomian global.

“Kita berhadapan dengan ekonomi raksasa, tetap saja kita harus memperhatikan yang di luar,” katanya.

Dia menambahkan, perekonomian Indonesia akan banyak pula ditentukan oleh kemajuan ekonomi China dan India.

Soal dua  negara raksasa ini, Dorodjatun mengaku optimistis terhadap target pertumbuhan China sebesar 7,5% justru India yang mengkhawatirkan karena negara ini bakal menghadapi pemilu tahun depan.

Adapun menyikapi pemilu di Indonesia, Dorodjatun mengungkapkan pemilu justru bisa berimbas positif pada perekonomian karena ada spending yang lebih besar terkait kampanye dan pelaksanaan hajatan politik tersebut.

Di sisi lain, dia menilai investor pun masih memiliki keyakinan pada Indonesia untuk jangka panjang.

“Yang menarik buat saya kepemilikan obligasi pemerintah di tangan swasta nggak berubah, jadi kepercayaan dari mereka masih ada. Mereka tidak khawatir dengan jangka panjang Indonesia,” katanya.

Data dari BI menunjukkan kepemilikan asing atas surat utang negara (SUN) per Oktober 2013 tercatat ada di level 30%. Jumlah ini masih mungkin meningkat mengingat tahun 2012 kepemilikan asing sepanjang tahun ada di posisi 33% dan di level 31% pada 2011.

Dari jumlah tersebut, tahun ini sebesar 42% memegang SUN bertenor 10 tahun lebih sedangkan sisanya memegang SUN dengan tenor 5—10 tahun (34%), 1—5 tahun (20%), dan 0—1 tahun (4%).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper