Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Digempur Produk Impor, Baja Lapis Seng Indonesia Rugi Rp1,05 Triliun

Prodsusen baja lapis seng (BjLS) dan baja lapis seng-aluminium (BjLAS) nasional mengaku dirugikan hingga Rp1,05 triliun per tahun akibat beredarnya produk seng gelombang impor dari China yang tidak sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI).

Bisnis.com, JAKARTA – Prodsusen baja lapis seng (BjLS) dan baja lapis seng-aluminium (BjLAS) nasional mengaku dirugikan hingga Rp1,05 triliun per tahun akibat beredarnya produk seng gelombang impor dari China yang tidak sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI).

Untuk itu, para produsen tersebut bersama dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) meminta pemerintah terkait untuk melakukan pengawasan, penyidikan dan penyitaan terhadap produk yang diketahui bermerek Gajah Mahkota yang diproduksi di Shandong Guanxian Industrial Park China.

Ketua II Gabungan Pabrik Seng Indonesia (Gapsi) Agus Salim menjelaskan keinginan para produsen nasional tersebut berlandaskan ata temuan produk seng gelombang dengan cap SNI oleh Gapsi di Makasar. Setelah dilakukan pengujian teknis pada 18 November 2013, seng tersebut ternyata tidak memenuhi standar mutu SNI.

“Jelas ini terlihat praktek penipuan, ekcurangan dan pembodohan masyarakat pemakai seng gelombang. Kami ingin importirnya juga dicari, karena industri lokal rugi Rp87,5 miliar per bulan” kataya dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (26/11/2013).

Dia menjelaskan, lapisan seng yang digunakan dalam produk itu hanya 25%, sehingga konsumen pun ditipu 75%.

Menurutnya, dengan komposisi bahan Zinc seperti itu membuat produk seng tidak bisa bertahan lama atau kurangd ari 1 tahun.

“Seng dengan SNI yang benar memiliki ketahanan usia pemakaian 5-10 tahun sesuai dengan lokasi pemakaian,” ujarnya.

Menurut Agus, selisih harga produk lokal dengan impor bisa mencapai Rp3.500/lembar. Produksi lokal dijual dengan harga Rp33.000-Rp34.000/lembar, sedangkan produk impor dijual dengan harga Rp29.000-Rp30.000/lembar.

“Selisih Rp100- Rp200 saja sudah merugikan apalagi sampai Rp3.500,” imbuhnya.

Agus menjelaskan selama ini produksi baja lapis seng masih bergantung pada bahan baku CRC (cold rolled coil) impor mencapai 70%, sedangkan sisanya diperoleh dari dalam negeri.

Apalagi, katanya, bea masuk bahan baku yang dikenakan relative besar yakni 10% sehingga mempengaruhi biaya produksi baja lapis seng.

“Itu yang membuat harga baja lapis seng kami tidak kompetitif, harga jadi mahal bahkan memberi peluang kepada barang jadi impor karena mereka tidak ada cost penambahan bahan baku,” ujarnya.

Produsen lokal, kata Agus, juga sudah mengajukan perlindungan kepada pemerintah untuk melewatkan anti dumping bahan baku yang diterapkan dari 5 negara seperti China, Taiwan, Korea, Jepang dan Vietnam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Peni Widarti

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper