Bisnis.com, JAKARTA - "Saya ini asli orang Jawa Timur, besar di Kalimantan. Sampai sekarang juga masih bisa bahasa Jawa," begitu kira-kira kalimat yang diucapkan Iwan Sunito di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan ribuan orang peserta Kongres Ke-2 Jaringan Diaspora Indonesia.
Sedikit terasa asing memang mendengar nama Iwan Sunito. Tapi, dalam ajang kongres Diaspora Indonesia yang dihelat mulai 18-20 Agustus 2013, sosok inilah yang paling menarik perhatian.
Iwan Sunito merupakan seorang arsitek jebolan New South Wales University. Sejak 17 tahun silam, dia mulai membangun imperium bisnis yang kini dikelola melalui bendera Crown International Holdings Group.
"Orang tua saya waktu itu meminta saya tidak usah kembali ke Indonesia dulu. Bukannya tidak cinta, tetapi mereka menyuruh saya lihat-lihat peluang dan bisnis di Australia," katanya.
Crown Group yang bergerak di bidang property development memilih jalur bisnis proyek pengembangan kawasan highrise building dengan kualitas tinggi yang proyekya berkembang di Australia.
Hal itu yang menjadi daya jual Crown Group di bawah kendali Iwan Sunito.
Bermula dari proyek sekitar US$28 juta, kini portofolio proyek Crown Group mencapai US$3 miliar.
Iwan Sunito memang mencuri perhatian dalam pertemuan ke-2 Jaringan Diaspora Indonesia. Betapa tidak, dihadapan Presiden SBY secara tegas Iwan Sunito menyatakan dirinya tengah menyiapkan proyek mahaprestisius di Jakarta.
Nilai yang siap dikucurkan pun cukup fantastis, US$10 miliar atau setara dengan Rp100 triliun.
Proyek tersebut rencananya akan dibangun dengan skema joint venture dengan perusahaan asing.
Meski Crown Group tercatat sebagai perusahaan asing, sepertinya Iwan Sunito masih menempatkan sisi ke-Indonesiaan dan merasa bahwa Crown Group merupakan bagian dari Indonesia.
"Kami belum bisa sebutkan perusahaannya, tapi perusahaan asing. Kira-kira kalau bisa negosiasi fifty-fifty. Intinya, sekarang Crown Indonesia sudah mulai berjalan, next step kami akan bangun di Indonesia," jelasnya.
Sebagai perusahaan mapan di bidang properti, Iwan menilai sebagai hal wajar jika akhirnya Crown Group memilih membangun proyek properti di jantung Jakarta.
"Kami pengalaman di highrise building. Banyak proyek kami di Australia. Kami lebih memilih mengendepankan kualitas. Saya tidak tahu berapa besar proyek-proyek properti di Indonesia," jelasnya.
Meski banyak yang menilai properti, terutama di Jakarta mendekati titik jenuh, Iwan Sunito yakin megaproyek yang rencananya dibangun bertahap hingga 10 tahun itu tetap mampu menarik minat pembeli.
Iwan memperkirakan proyek tersebut dikembangkan dalam 7 tahap dengan kebutuhan lahan tak kurang dari 5 hektare per tahap.
Soal perizinan yang kerap menjadi kendala bagi pengembangan proyek prestisius di Indonesia, dengan enteng Iwan Sunito menjawab. "Ah, itu gampang," (sas)