Bisnis.com, JAKARTA – Skema bisnis daging sapi impor yang didatangkan Bulqqa2og dinilai tidak adil, karena pedagang mendapatkan keuntungan lebih kecil.
Ketua Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) Asnawi mengatakan Bulog menyalurkan sebagian daging yang diimpor kepada distributor sebelum diteruskan kepada pedagang. Dari situ, distributor memperoleh keuntungan Rp3.000 per kg.
Namun, saat daging sampai ke tangan pedagang, mereka hanya diperbolehkan mengambil keuntungan Rp2.000 per kg dengan kewajiban harus menjual Rp75.000 per kg. Padahal, sampai di tangan pengecer, daging telah susut sekitar 2%-3%.
“Oleh karena itu, kami menolak untuk bergabung dalam operasi pasar daging yang dilakukan Bulog,” ujarnya dalam konferensi pers “Kehalalan Daging Sapi Impor”, Sabtu (20/7/2013).
APDI beranggotakan sekitar 12.000 pedagang daging sapi yang tersebar di 257 pasar tradisional di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek).
Asosiasi itu menuntut keterbukaan Bulog tentang harga beli dan harga jual sehingga pedagang daging dan masyarakat juga mendapat keuntungan.
“Fungsi Bulog adalah stabilisator, bukan penjual daging,” kata Asnawi.
Seperti diketahui, pemerintah menugaskan Bulog mengimpor daging sapi sebanyak 3.000 ton guna meredam gejolak harga bahan pangan itu. Harga daging sapi mulai bergerak naik pada September 2012 ke kisaran Rp90.000 per kg dan terus menanjak menjadi Rp100.000 per kg karena pasokan yang minim.
Hingga kini belum ada langkah jitu yang mampu menurunkan kembali harga daging sapi ke kisaran Rp70.000 per kg.