Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Seret, Harga Tuna Bakal Melorot

Bisnis.com, JAKARTA--Harga tuna ekspor berisiko melemah lantaran turunnya permintaan pasar.

Bisnis.com, JAKARTA--Harga tuna ekspor berisiko melemah lantaran turunnya permintaan pasar.

Eddy Yuwono, Ketua Umum Asosiasi Tuna Indonesia (Astuin), menuturkan di Aceh, misalnya, harga tuna ekspor turun dari Rp40.000/Kg menjadi Rp28.000/Kg.

Penurunan ekspor, imbuhnya, juga diperparah oleh berlakunya suspensi impor produk-produk perikanan asal Indonesia oleh Rusia. Meskipun hanya mencakup 0,56% dari total ekspor produk perikanan Indonesia, tetapi ekspor ke Rusia dinilai cukup potensial.

"Produksi biasa saja, tidak terpengaruh anomali cuaca. Harga turun karena pembelinya kurang," ujar Eddy ketika dihubungi Bisnis, Jumat (19/7/2013).

Eddy menunggu langkah nyata pemerintah untuk mengatasi hambatan ekspor tersebut karena sangat merugikan pengusaha.

Sementara itu, Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan Gelwynn Yusuf menuturkan pemerintah menerapkan sejumlah upaya guna mengantisipasi penurunan produksi tuna.

Salah satu upaya yang dilakukan, yakni mengembangkan aplikasi penyebarluasan informasi daerah penangkapan ikan dan informasi cuaca melalui SMS Gateway yang akan langsung diterima oleh nelayan. "Ini untuk menghadapi anomali cuaca," ujarnya.

Selain itu, lanjutnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) juga telah berkoordinasi dengan Kementerian ESDM agar sektor kelautan dan perikanan tetap mendapatkan alokasi BBM bersubsidi. Sesuai Permen ESDM No. 18/2013 tentang Harga Jual Eceran Jenis BBM Tertentu untuk Konsumen Pengguna Tertentu, dimana nelayan atau usaha perikanan mendapatkan alokasi pemakaian 25 KL/bulan/kapal.

"KKP sudah koordinasi dengan ESDM karena pencabutan atau pengurangan subsidi BBM untuk kapal 30 GT ke atas berimbas secara langsung kepada nelayan," tuturnya.

Berdasarkan data KKP, produksi tuna dan sejenisnya (Albakora, Madidihang, Tuna sirip biru selatan, Tuna mata besar dan Tongkol abu-abu) pada 2012 mencapai 387.000 ton.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper