Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INDUSTRI KECIL Terkendala Pemasaran dan Bahan Baku

BISNIS.COM, JAKARTA--Kinerja dan pertumbuhan industri kecil dan menengah (IKM) dalam negeri masih terkendala pemasaran dan bahan baku. Saat ini, insentif pemerintah dan daerah untuk mengadakan promosi produk IKM dan bantuan untuk mendapatkan bahan baku

BISNIS.COM, JAKARTA--Kinerja dan pertumbuhan industri kecil dan menengah (IKM) dalam negeri masih terkendala pemasaran dan bahan baku. Saat ini, insentif pemerintah dan daerah untuk mengadakan promosi produk IKM dan bantuan untuk mendapatkan bahan baku berkualitas dinilai belum cukup.

Ketua Dewan Penasehat Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Fahmi Idris mengatakan seharusnya pemerintah khususnya pemerintah daerah melalui APBD menyediakan pusat pemasaran untuk produk IKM.

"Kalau di beberapa negara biaya pemasaran itu bisa mencapai 40% dari total struktur pembiayaan untuk IKM, jadi tinggi sekali. Namun, di Indonesia justru kurang," ujarnya hari ini  Selasa (18/6/2013).

Fahmi mencontohkan usaha China untuk mendorong ekspansi IKM mereka melalui China Emporium. Fahmi berharap pemerintah juga mampu membuat program serupa untuk produk IKM dari seluruh provinsi di Indonesia.

"Kalimantan, misalnya, produk IKM mereka bagus-bagus khususnya fesyen. Salah satunya batik Sasirangan. Bayangkan jika produk ini mampu dipasarkan di kota-kota besar di seluruh Indonesia," tambahnya.

Terkait dengan kesulitan bahan baku, Fahmi menyebutkan saat ini bahan baku masih menjadi kendala karena harga yang tidak cukup terjangkau oleh pelaku IKM. Akibatnya, pelaku cenderung mencari bahan baku yang terjangkau tapi berkualitas rendah sehingga mengurang daya saing industri.

Dia memaparkan, untuk menggenjot produksi IKM dan ketersediaan bahan baku yang terjangkay dibutuhkan uluran tangan sektor perbankan. Sebelumnya, Direktur Jenderal IKM Kementrian Perindustrian Euis Saedah mengatakan bahan baku tengah menjadi salah satu penghambat pertumbuhan IKM, seperti fesyen khususnya batik yang kekurangan bahan baku sutra dan kulit. Untuk IKM makanan dan minuman salah satunya kurang gula rafinasi.

Menanggapi soal pemberlakuan pajak IKM melalui peraturan presiden, Fahmi menjelaskan seharusnya penerapannya jangan sampai menghambat pertumbuhan IKM.

"Harus dipertimbangkan dasarnya apa, perkembangan produknya seperti apa, apakah sudah kuat dan unggul di pasaran? Kalau masih terseok karena masalah impor, apa mau ditambah lagi dengan pajak?" pungkasnya.

Berdasarkan data Kemenperin, saat ini IKM memiliki pertumbuhan rata-rata 7% per tahun ditopang oleh mamin, fesyen, dan kerajinan.  Pada kuartal I/2013, mamin tumbuh 16% dan fesyen 9%. Ditjen IKM menargetkan sepanjang tahun ini IKM mampu tumbuh di atas 10%.

(34)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper