BISNIS.COM, JAKARTA - PT Pertamina Hulu Energi (PHE) menyiapkan US$28,4 juta sebagai komitmen eksplorasi untuk mengembangkan shale gas dari wilayah kerja MNK Sumbagut selama 3 tahun pertama.
Ignatius Tenny Wibowo, Direktur Utama PHE, mengatakan alokasi US$28,4 juta tersebut digunakan untuk melakukan studi geologi dan geofisik (G&G) dan pengeboran dua sumur eksplorasi selam 3 tahun pertama.
“Kami ingin fokus dalam 3 tahun pertama kegiatan kami di WK Sumbagut. Jadi akan ada US$28,4 juta yang akan dialokasikan. Tahun pertama kami akan melakukan studi G&G, tahun kedua mengebor 1 sumur dan tahun ketiga akan mengebor 1 sumur lagi,” katanya di Jakarta, Rabu (15/5/2013).
Dana untuk mengembangkan gas nonkonvensional itu nantinya berasal dari kas internal perusahaan. Tahun ini saja, PHE telah menganggarkan belanja modal sebesar US$1,4 miliar.
Tenny mengungkapkan dengan program kerja yang telah ditetapkan perseroan, dirinya berharap WK Sumbagut akan mulai memproduksi shale gas pada tahun kelima, atau 2018 mendatang. Pasalnya, setelah melakukan eksplorasi selama 3 tahun, perusahaan masih harus menambah pengeboran sumur di tahun keempat untuk memastikan produksinya.
Setelah itu PHE dapat memastikan produksi shale gas dari WK tersebut, perseroan akan mencari calon pembeli. Untuk harganya, Tenny berharap akan lebih tinggi dari harga gas konvensional yang saat ini sekitar US$5 sampai US$6 per MMBTU.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan mengatakan proses pengusulan investasi di MNK Sumbagut telah dilakukan sejak 2011. Dalam usulan tersebut, perseroan melakukan studi bersama dengan tim pemerintah dan akan menyerahkan operasionalnya kepada PT PHE MNK Sumbagut.
“Shale gas bisa mendukung pemerintah untuk melakukan diversifikasi energi di Indonesia, sehingga ketergantungan terhadap minyak dapat dikurangi. Nantinya, shale gas dari MNK Sumbagut akan diprioritaskan untuk pasokan domestik, terutama Sumatera Utara,” tuturnya.
MNK Sumbagut diperkirakan mengandung potensi shale gas sebesar 18,56 triliun kaki kubik. Pertamina sendiri menargetkan produksi dari MNK Sumbagut dapat diperoleh pada tahun ke-7 dengan tingkat produksi sebesar 40 MMscfd hingga 100 MMscfd. Untuk 6 tahun masa kontrak MNK Sumbagut, Pertamina menyiapkan US$7,8 miliar.
Pemerintah melakukan berbagai studi untuk mengetahui potensi migas nonkonvensional yang ada di Indonesia, dan diketahui Indonesia memiliki potensi shale gas sebesar 574 TCF dan potensi CBM sebesar 453 TCF.
Pengertian migas nonkonvensional yang dikenal dengan singkatan MNK berdasarkan Peraturan Menteri ESDM No.05/2012 adalah minyak dan gas bumi yang diusahakan dari reservoir tempat terbentuknya migas dengan permeabilitas yang rendah (low permeability) a.l. shale oil, shale gas, tight sand gas, gas methana batu bara, dan methane hydrate, dengan menggunakan teknologi tertentu seperti fracturing. (mfm)