BISNIS.COM, JAKARTA—Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatatkan kenaikan produksi minyak nasional di kuartal 1-2013 menjadi 830.900 barel per hari (bph).
Rudi Rubiandini, Kepala SKK Migas, mengatakan produksi minyak kuartal 1-2013 yang sebesar 830.900 bph naik sekitar 0,7% dibandingkan dengan produksi minyak pada Desember 2012 lalu yang sebesar 825.000 bph. Bahkan, rata-rata produksi minyak Maret 2013 mencapai 840.000 bph.
“Dengan produksi rata-rata minyak sebesar 840.000 bph, maka SKK telah menahan laju penurunan produksi hingga 0% atau zero decline,” katanya hari ini, Jumat (19/4/2013).
Rudi mengungkapkan biasanya produksi akan mengalami penurunan sebanyak 15% karena faktor alamiah. Pencapaian disebabkan komitmen kontraktor kerja sama (KKKS) yang terus menggenjot produksi agar melebihi target dalam program kerja dan anggarannya atau WP&B (work program and budgeting).
ConocoPhillips misalnya mampu menggenjot produksi 20% di atas WP&B yang diserahkan kepada SKK Migas. Dalam tiga bulan pertama, perusahaan itu mencatat produksi minyak sebesar 36.084 bph, sementara target WP&B sebesar 30.100 bph.
VICO Indonesia juga mampu meningkatkan produksi 6% di atas target. Pada kuartal 1-2013, VICO mencatat produksi minyak sebesar 14.661 bph, dari target WP&B sebesar 13.800 bph. Kemudian CNOOC SES Ltd dan PHE ONWJ yang mampu meningkatkan produksi masing-masing 5% dan 4% di atas target.
CNOOC SES Ltd mencatat produksi 35.469 bph, sedangkan targetnya sebesar 33.488 bph sedangkan PHE ONWJ berhasil mencapai 37.918 bph, dari target 36.406 bph.
selain itu, Total E&P Indonesia juga meningkatkan produksi 2% di atas target. Total E&P Indonesie mencatat produksi minyak sebesar 69.627 bph, dari target sebesar 67.990 bph. Mobil Cepu Ltd juga berhasil memenuhi target yang telah disepakati didalam WP&B. Mobil Cepu Ltd mencatat produksi sebesar 24.580 bph dari target 24.452 bph.
KKKS, lanjut Rudi, harus membuat rencana tindak lanjut upaya meningkatkan kinerja sistem aliran fluida produksi migas dan melakukan upaya strategis untuk menjaga produksinya. Kegiatan strategis seperti pengeboran, work over dan well services diperlukan untuk menahan laju penurunan produksi dan meningkatkan produksi yang sudah ada.
Selain itu, Rudi juga mengungkapkan masih menunggu revisi target produksi minyak siap jual (lifting) dari pemerintah untuk dimasukkan dalam APBN perubahan 2013. “Kalau mau tetap zero decline, ya harus 830.000 bph. Jadi target lifting 900.000 bph dalam APBN saat ini harus diubah agar APBN menjadi lengkap,” jelasnya.
Sementara itu, Dirjen Migas Kementerian ESDM Edy Hermantoro mengatakan pemerintah akan mengusulkan perubahan target lifting migas menjadi sebesar 840.000 bph dalam APBN Perubahan 2013.
“Kami sudah bicarakan, target lifting akan diubah dalam APBN Perubahan 2013 menjadi 840.000 bph. Nanti tunggu di APBN Perubahan,” jelasnya.
Sesuai target APBN 2013, lifting minyak ditargetkan mencapai 900.000 barel per hari. Namun, sesuai data SKK Migas, sampai 14 Maret 2013 realisasi lifting minyak baru mencapai 828.060 barel per hari. Produksi tersebut juga masih di bawah WP&B kontraktor yang mencapai 857.800 barel per hari.