Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INDUSTRI BAJA: Produk Asal China Masih Kuasai Pasar Indonesia

BISNIS.COM,JAKARTA --Baja impor asal China diperkirakan masih membanjiri pasar Indonesia pada tahun ini, karena belum pulihnya ekonomi di Eropa yang menjadi salah satu pasr utama produk dari Negeri Panda itu. 

BISNIS.COM,JAKARTA --Baja impor asal China diperkirakan masih membanjiri pasar Indonesia pada tahun ini, karena belum pulihnya ekonomi di Eropa yang menjadi salah satu pasr utama produk dari Negeri Panda itu. 

"Belum membaiknya ekonomi di negara-negara Eropa membuat pasar besi dan baja di kawasan itu tertekan. Untuk menghindarkan kerugian lebih besar China mengalihkan ke negara lain," ujar Edward Pinem, Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (Indonesia Iron and Steel Industry Association/IISIA), Rabu (17/4).

China, sambungnya, merupakan produsen besi dan baja terbesar dunia dengan kapasitas produksi 700 juta ton per tahun, atau 64% dari kapasitas produksi baja dunia sebesar 1,15 miliar ton per tahun.

"China sebagai produsen besar tentunya lebih memilih untuk mempertahankan produksinya agar tetap dapat meraih marjin, daripada harus menurunkan produksi yang berimbas kepada kerugian," ujar Edward.

Pada 2012 sebagian besar produsen baja China, termasuk Baoshan Iron and Steel (Baosteel) mengalami kerugian cukup besar. Penyebabnya adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi yang memukul permintaan terhadap produk baja.

Di sisi lain harga bahan baku yang cenderung naik semakin menggerus margin perusahaan.

Baosteel yang merupakan badan usaha milik negara, misalnya, laba operasionalnya terpangkas 32,7%  menjadi 4,72 juta yuan. Laba bersih Baosteel tertolong oleh penjualan sejumlah aset perusahaan.

Edward mengatakan hampir sebagian besar produksi baja China tidak dapat diserap pasar dalam negeri, sehingga mereka harus mengekspor ke sejumlah negara.

Namun, apabila pasar utama di Eropa mengalami tekanan maka China lebih memilih melempar produk baja mereka ke negara-negara yang pasarnya lebih longgar atau kebijakan proteksinya rendah.

Dia memperkirakan terdapat sekitar 13 juta ton yang dipasarkan di negara-negara di luar pasar Eropa. Dengan kondisi sekarang ini Eropa hanya mampu menyerap 10 juta ton dibandingkan dengan kondisi normal 23 juta ton.

Edward mengatakan Indonesia sendiri masih membutuhkan produk besi dan baja impor. Namun, misalnya kebutuhannya hanya 5 juta ton tetapi yang masuk ke pasar 10 juta ton sehingga membuat pasar besi dan baja terdistorsi.

Produsen dalam negeri Indonesia terkendala untuk menurunkan kapasitas produksi karena akan membuat harga naik sehingga tidak mampu berkompetisi dengan harga baja China.

"Kapasitas diturunkan menjadi 75% saja akan mempengaruhi harga karena biaya sebagai pembagi nilainya tetap," ujar Edward.

Pemerintah memberlakukan kebijakan yang sama terhadap produk baja impor hanya dikenakan PPN 10%. "Jika
pemerintah mengeluarkan kebijakan bea masuk 50%, akan sangat menolong industri baja di dalam negeri," tegasnya. (Antara)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Newswire
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper