Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Baja China Banjiri Pasar RI, Penjualan Produsen Lokal Melorot 20%

Banjirnya produk baja asal China ke pasar domestik Indonesia membuat daya saing turun dan penjualan produsen baja lokal terkikis.
Gulungan baja di dermaga pengangkutan di fasilitas produksi Baoshan milik Baowu Steel Group Co. di Shanghai, China, Jumat (16/9/2022). Bloomberg/Qilai Shen.
Gulungan baja di dermaga pengangkutan di fasilitas produksi Baoshan milik Baowu Steel Group Co. di Shanghai, China, Jumat (16/9/2022). Bloomberg/Qilai Shen.

Bisnis.com, JAKARTA - The Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) melaporkan banjirnya produk baja asal China ke pasar domestik Indonesia membuat daya saing turun dan penjualan produsen baja lokal terkikis. 

Direktur Eksekutif IISIA, Widodo Setiadharmaji mengatakan, pemerintah dan produsen harus mencermati dan segera mengantisipasi masuknya produk baja asing ke domestik yang menggerus penjualan produsen baja lokal sepanjang tahun ini.

"Beberapa produsen baja nasional melaporkan penurunan penjualan hingga 20% dan beberapa di antaranya bahkan sangat kesulitan melakukan penjualan di pasar domestik akibat serbuan produk baja Tiongkok," kata Widodo kepada Bisnis, Kamis (17/10/2024). 

Dalam catatan IISIA, impor baja dari China telah meningkat sebesar 33,92% dari 2,23 juta ton pada periode Januari-Juli 2023 menjadi 2,98 juta ton pada periode yang sama pada 2024. 

Peningkatan impor baja dari China juga tercerminkan dari volume impor baja dari China pada 2023 yang meningkat 43,71% dari 2,85 juta ton pada 2022 menjadi 4,05 juta ton tahun lalu. 

"Hal ini telah mengakibatkan produsen baja nasional kehilangan pangsa pasar domestik dan berpotensi mengalami kerugian serta sulit untuk bertahan apabila tidak ada dukungan kebijakan pemerintah yang memadai," ujarnya. 

Pihaknya juga mewanti-wanti tingkat persaingan global yang semakin tinggi terutama dari banjirnya produk baja China ke pasar global. Adapun, sepanjang tahun 2023, ekspor produk China ke pasar global meningkat sebesar 39,03% dari 6,64 juta ton pada 2022 menjadi 9,23 juta ton pada 2023. 

Peningkatan ini berlanjut pada periode Januari-Agustus 2024 yang naik sebesar 18,46% menjadi 7,13 juta ton dari 6,02 juta ton pada periode yang sama di tahun 2023. 

Kondisi tersebut membuat sejumlah negara mulai menutup pasar domestik masing-masing dari serbuan baja China melalui penerapan berbagai trade remedies.

Dia menerangkan, tindakan yang diambil oleh berbagai negara di dunia baru-baru ini adalah menaikkan bea masuk baja, seperti yang dilakukan oleh India yang akan menaikkan bea masuk dari 7,5% menjadi 10-12% untuk melindungi pasar domestiknya dari banjir impor baja asal China. 

"Misalnya, Amerika Serikat [AS] juga mengenakan tarif sebesar 25% [Section 301] untuk produk baja asal Tiongkok pada masa pemerintahan Presiden Biden," kata Widodo.

Sebelumnya, AS juga meningkatkan bea masuk baja sebesar 25% (Section 232) pada masa pemerintahan Presiden Trump. Meksiko juga menerapkan tarif sebesar 5-25% untuk produk baja yang berasal dari negara-negara yang tidak memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan negaranya. 

Tak hanya itu, Brasil menaikkan pajak impor menjadi 25% dari sebelumnya 9-12,5% untuk beberapa jenis produk. Selain itu, Uni Eropa memberlakukan tariff-rate quota sebesar 25% serta CBAM yang efektif mulai tahun 2026 dan akan membuat produk baja dengan emisi karbon tinggi sulit bersaing di pasar Uni Eropa. 

"Baru-baru ini, Kanada juga memberlakukan tarif sebesar 25% untuk produk baja impor asal Tiongkok, guna mencegah pengalihan pasar akibat kebijakan yang diambil mitra dagangnya," ujarnya. 

Bahkan, produsen baja di Jepang dan Korea pun kesulitan bersaing dengan produk baja China dan meminta perlindungan dari pemerintah masing-masing. 

Untuk itu, menurut Widodo, Indonesia harus segera mengambil kebijakan yang sama untuk mempertahankan keberlangsungan industri baja nasional. Langkah proteksionisme perlu diterapkan pemerintah untuk melindungi pasar domestik.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper