BISNIS.COM, JAKARTA--Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) masih belum berani mengambil keputusan terkait pengelola Blok Mahakam, Kalimantan Timur, setelah kontrak Total EP Indonesie dan Inpex Corporation habis pada 2017.
Menteri ESDM Jero Wacik mengatakan pihaknya masih terus mengkaji keputusan yang paling menguntungkan Indonesia terkait siapa yang nantinya mengelola Blok Mahakam. Hal itu juga yang membuat dirinya meminta Pertamina memaparkan kemampuannya dalam mengelola blok migas tersebut di hadapan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan.
“Saya minta Pertamina paparkan kepada pak Dahlan [Dahlan Iskan] dengan jernih dan rasional. Nanti mereka juga akan memaparkan ke saya dan kami akan putuskan opsi yang terbaik, ini akan kami bahas,” katanya di Jakarta, Rabu (3/4/2013).
Jero mengungkapkan pemerintah menginginkan kontrak baru pengelola Blok Mahakam selesai sebelum masa kerja Kabinet Indonesia Bersatu jilid 2 berakhir 2014 nanti. Dengan begitu, negara dapat memperoleh keuntungan yang lebih baik dari kontrak tersebut.
Menurutnya, pemerintah selalu melihat kepentingan dalam negeri dalam merumuskan kebijakan terkait blok tersebut. “Kasarnya saat ini tidak keluar modal saja pemerintah sudah mendapatkan uang banyak, nanti kalau ngeluarin modal tetapi pusing karena dapatnya sedikit, kan itu perlu kami pikirkan juga,” jelasnya.
Apalagi, saat ini Pertamina juga masih harus memikirkan alokasi dana untuk investasinya di sektor lain. Untuk itu Pertamina tidak boleh terburu-buru dalam menyatakan sikap, karena pinjaman modal pun harus atas persetujuan pemerintah.
Pemaparan Pertamina kepada Dahlan Iskan itu, lanjut Jero, juga untuk membuktikan apakah benar keuntungan BUMN itu bisa mencapai Rp171 triliun setelah mendapat hak untuk mengelola Blok Mahakam.
Sebelumnya, Menteri BUMN Dahlan Iskan memang sempat menyebut Pertamina mampu mengelola 100% Blok Mahakam. Bahkan dengan mengelola blok migas itu, Pertamina akan mampu meraih laba hingga Rp171 triliun pada 2018 nanti. Jumlah tersebut jauh meningkat jika dibandingkan dengan keuntungan Pertamina pada 2012 yang hanya Rp25 triliun.
Dengan laba yang mencapai Rp171 triliun itu, maka Pertamina sebagai perusahaan migas nasional akan mampu mengungguli Petronas yang saat ini telah memperoleh laba sebesar Rp160 triliun.
Sementara itu, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla meyakini Pertamina dapat mengelola Blok Mahakam secara penuh jika mendapatkan kepercayaan dari pemerintah. Pertamina, telah memiliki pengalaman dan kemampuan teknologi serta finansial yang cukup untuk mengelola blok itu.
“Pertamina pasti bisa. Blok Mahakam kan sudah dikelola Total dan Inpex sejak 50 tahun lalu, Petronas saja sudah menjadi perusahaan multinasional,” ungkapnya.
Menurutnya, Petronas awalnya banyak belajar dari para ahli Indonesia mengenai tata kelola migas. Akan tetapi, saat ini Petronas telah menjadi perusahaan multinasional yang mengelola beberapa blok migas di negara lain.
Hal itu juga lah yang membuat Kalla yakin Pertamina dapat megalahkan Petronas sebagai perusahaan migas. “Kalau Pertamina mau mengalahkan Petronas, pasti bisa. Asal Pertaminanya mau saja,” tuturnya.