Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Korsel Tekan AS Tunda Tarif 25%, Kejar Target Kesepakatan Sebelum 1 Agustus

Korea Selatan menyebut negosiasi tarif dengan Amerika Serikat (AS) telah memasuki fase krusial jelang pemberlakuan tarif sebesar 25% pada 1 Agustus 2025.
Sejumlah pendukung Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol berunjuk rasa pada Jumat (17/1/2025) di luar Pusat Tahanan Seoul, Uiwang, tempat ditahannya Yeol. / Bloomberg-SeongJoon Cho
Sejumlah pendukung Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol berunjuk rasa pada Jumat (17/1/2025) di luar Pusat Tahanan Seoul, Uiwang, tempat ditahannya Yeol. / Bloomberg-SeongJoon Cho

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Korea Selatan menyebut negosiasi tarif dengan Amerika Serikat (AS) telah memasuki fase krusial jelang pemberlakuan tarif sebesar 25% pada 1 Agustus mendatang.

Melansir Bloomberg pada Jumat (11/7/2025), Menteri Perdagangan Korea Selatan Yeo Han-koo telah bertemu dengan Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer dan Menteri Perdagangan Howard Lutnick.

Dalam pertemuan tersebut, Korea Selatan mendorong perpanjangan penangguhan tarif menyeluruh sebesar 25% yang dijadwalkan mulai berlaku 1 Agustus mendatang. Selain itu, Korea Selatan juga menekan agar ada pengurangan tarif sektoral untuk industri otomotif dan baja.

“Kami fokus untuk segera mencapai titik temu. Sekarang sudah ada kepercayaan yang cukup untuk mempercepat negosiasi dalam tiga pekan ke depan, mencakup isu tarif dan non-tarif," ujar Yeo dalam pengarahan yang disiarkan langsung dari Bandara Incheon, Kamis malam.

Yeo menjelaskan Korea Selatan tengah mendorong kemitraan kebangkitan manufaktur untuk menyelaraskan diri dengan kebijakan industri AS. 

Menurutnya, Washington menunjukkan minat kuat untuk bermitra dengan perusahaan Korea dalam membangun kembali basis manufaktur AS, terutama di sektor strategis yang terkait keamanan nasional seperti galangan kapal dan semikonduktor.

Negosiasi antara kedua negara sempat terhambat akibat kekosongan kepemimpinan di Seoul menyusul pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol beberapa bulan lalu.

Yeo juga menyebut bahwa pihaknya memantau langkah negara lain seperti Jepang dalam merespons ancaman tarif AS untuk menyempurnakan strategi Korea.

Situasi menjadi lebih kompleks karena AS juga mendesak Korea Selatan untuk meningkatkan kontribusi biaya penempatan pasukan AS di wilayahnya.

Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, dalam pertemuan dengan Penasihat Keamanan Nasional Korea Wi Sung-lac pada Senin lalu, menyatakan harapan agar kedua negara dapat menjaga komunikasi erat guna mencapai kesepakatan sebelum tenggat waktu 1 Agustus.

AS turut menyuarakan keprihatinan terkait regulasi digital Korea Selatan, termasuk kebijakan biaya penggunaan jaringan untuk penyedia konten asing serta pembatasan ekspor data lokasi presisi, yang selama ini menjadi hambatan bagi perusahaan seperti Google. 

Isu perdagangan digital tersebut kini menjadi bagian dari agenda negosiasi, di samping tekanan dari AS untuk membuka akses ke pasar pertanian Korea, terutama untuk komoditas sensitif seperti daging sapi dan beras.

Dalam lawatannya, Yeo juga bertemu Senator Dan Sullivan untuk membahas proyek gas alam cair (LNG) di Alaska. Dia menyampaikan bahwa Korea tertarik untuk berpartisipasi, namun memerlukan kejelasan komersial yang lebih konkret dari pihak AS.

Yeo menambahkan bahwa pembicaraan akan dilanjutkan setelah persiapan dari pihak AS lebih matang.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper