Bisnis.com, JAKARTA - Smelter nikel green energy PT Ceria Nugraha Indotama (Ceria Corp) berhasil melakukan ekspor perdana feronikel yang dibuat di pabrik bersertifikat Renewable Energy Certificate (REC) dari PLN.
Ekspor simbolik dilakukan terhadap 10 kontainer dari total 65 kontainer Low-Carbon Ferronickel (FeNi) yang ditujukan ke pasar Asia. Produk ini berasal dari Smelter RKEF Line I, bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) sekaligus Objek Vital Nasional (Obvitnas), dengan kapasitas 72 MVA, setara 13.900 ton logam nikel per tahun.
Yang membedakan, smelter yang berlokasi Kolaka, Sulawesi Tenggara itu menjadi yang pertama di Indonesia menggunakan energi bersih sepenuhnya, dibuktikan dengan kepemilikan Renewable Energy Certificate (REC) dari PT PLN (Persero). Selain itu, proses produksinya telah dikendalikan oleh Artificial Intelligence (AI) dan teknologi robotik untuk efisiensi dan keamanan.
Kesuksesan operasional smelter Ceria menjadi contoh konkret keberhasilan pembiayaan industri strategis lewat sindikasi perbankan nasional. Bank Mandiri bersama Bank BJB dan Bank Sulselbar menggelontorkan total pembiayaan senilai US$277,69 juta sejak 2022, khusus untuk mendanai pembangunan smelter dan infrastruktur pendukung.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sukses mengawal ekspor perdana feronikel dari smelter milik PT Ceria Nugraha Indotama (Ceria Corp). Ini menjadi tonggak penting kolaborasi strategis antara sektor keuangan nasional dan industri pengolahan mineral berbasis energi hijau.
Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi, menekankan bahwa keberhasilan ini menunjukkan bagaimana institusi keuangan tidak hanya berperan sebagai penyedia dana, tetapi juga akselerator pembangunan nasional.
Baca Juga
“Kami berkomitmen untuk terus mendukung proyek strategis nasional, terutama yang dikembangkan oleh investor domestik. Sinergi ini adalah wujud nyata dari peran sektor keuangan dalam memperkuat industri bernilai tambah,” ujarnya, dikutip Minggu (6/7/2025).
Selain itu, dampak ekonomi dari smelter ini mulai terasa. Bupati Kolaka, Amri Jamaluddin, menyebutkan bahwa tahun ini Kabupaten Kolaka menerima dana bagi hasil sektor tambang sebesar Rp900 miliar, melonjak tajam dari hanya Rp100–200 miliar pada tahun-tahun sebelumnya.
“Ini kontribusi konkret dari keberadaan Ceria Corp. Dengan beroperasinya smelter Merah Putih, kami optimistis penerimaan daerah akan terus meningkat,” ujar Amri.
Tak berhenti di satu jalur produksi, Ceria tengah menyiapkan ekspansi besar smelter RKEF Line II dan Fasilitas HPAL (High-Pressure Acid Leaching) Line I. Target produksinya ambisius, 252.800 ton feronikel per tahun (setara 55.600 ton logam nikel) dan 293.200 ton Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) per tahun, mengandung 110.940 ton nikel dan 11.400 ton kobalt.
“Dengan dukungan pembiayaan nasional yang konsisten, Indonesia punya peluang besar menjadi pemain kunci dalam rantai pasok baterai kendaraan listrik dunia,” ujar CEO Ceria Corp, Derian Sakmiwata.
Ekspor perdana ini mempertegas posisi Indonesia sebagai pusat industri hilirisasi yang tak hanya fokus pada nilai tambah ekonomi, tapi juga keberlanjutan. Proyek ini dinilai selaras dengan visi pembangunan nasional Presiden Prabowo Subianto, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja, pemberdayaan lokal, dan pengelolaan SDA secara bertanggung jawab.