Bisnis.com, JAKARTA - PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp2,21 triliun sepanjang 2024.
Berdasarkan laporan keuangan KAI 2024, perolehan laba tersebut naik 18,18% dibandingkan perolehan pada 2023 yang mencapai Rp1,87 triliun.
Sepanjang 2024, KAI mencatatkan pendapatan senilai Rp36,11 triliun, naik tipis 2,84% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp35,11 triliun.
Pendapatan KAI ditopang oleh pendapatan angkutan dan usaha lainnya senilai Rp35,93 triliun. Pos pendapatan ini meningkat signifikan sebesar 29,43% dibandingkan tahun sebelumnya senilai Rp27,76 triliun.
Jika diperinci, pendapatan angkutan paling besar disumbang dari pendapatan angkutan barang yang mencapai Rp12,8 triliun. Kontributor terbesar pendapatan angkutan barang adalah angkutan komoditas batu bara yang mencapai Rp11,33 triliun. Pendapatan angkutan batu bara naik 11,19% dibandingkan 2023 sebesar Rp10,19 triliun.
Sementara itu, pendapatan dari angkutan penumpang pada 2024 mencapai Rp11,92 triliun, naik Rp19,91% dibandingkan perolehan pada 2023 sebesar Rp9,94 triliun. Kontributor terbesarnya berasal dari penumpang kelas ekonomi yang mencapai Rp6,43 triliun.
Baca Juga
Adapun, pendapatan dari penumpang kelas ekonomi naik 25,09% dibandingkan perolehan pada 2023 yang mencapai Rp5,14 triliun.
Pendapatan angkutan KAI juga disumbang dari pendapatan pendukung angkutan yang terdiri atas prapurna dan bongkar; muat; service on train dan restorasi KA; dan lainnya sebesar Rp1,01 triliun.
Pada pos pendapatan angkutan dan usaha lainnya, KAI juga membukukan kompensasi pemerintah berupa pendapatan pelayanan publik (PSO) Rp4,68 triliun, pemeliharaan infrastruktur operasi (IMO) Rp3,48 triliun, dan angkutan perintis Rp126,19 miliar.
Dari sisi beban, beban pokok pendapatan KAI pada 2024 mengalami penurunan 13,87% menjadi Rp23,27 triliun dari sebelumnya pada 2023 sebesar Rp27,02 triliun.
Per 31 Desember 2024, KAI mencatatkan total aset senilai Rp97,09 triliun, naik 19,32% dibandingkan 2023. Sementara itu, total liabilitas perseroan tercatat senilai Rp61,77 triliun atau naik 22,38% dibandingkan posisi pada akhir 2023.