Bisnis.com, JEDDAH — Konsulat Jenderal RI Jeddah dan Kementerian Agama bersama dengan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) terus mendorong penetrasi penggunaan produk Indonesia dalam ekosistem haji dan umrah. Hal itu untuk mengembalikan keuntungan ekonomi dari perputaran uang yang demikian besar pada kegiatan haji dan umrah, ke dalam negeri.
Konsul Jenderal RI di Jeddah Yusron B. Ambary mengatakan penetrasi produk Indonesia di pasar haji tahun ini, khususnya untuk kebutuhan jemaah Indonesia, meningkat signifikan dengan ekspor bumbu jadi yang digunakan di seluruh dapur katering yang melayani jemaah Indonesia.
Tahun ini, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi mendatangkan 475 ton pasta bumbu khas Indonesia ke Tanah Suci, melonjak dari hanya 76 ton pada 2024.
Hal itu dimungkinkan berkat kerja sama BPKH Limited, anak usaha BPKH di yang menjembatani impor produk Indonesia di Tanah Suci, dengan importir produk Nusantara di Arab Saudi.
"Jadi tahun ini bumbu hampir 100% sudah pakai bumbu jadi [dari Indonesia], yang lainnya masih ada beberapa yang belum. Kemudian produk-produk tuna, itu pakai produk Indonesia," kata Yusron, berbincang dengan Bisnis.com di Bandara King Abdulaziz, Jeddah, Arab Saudi, Selasa (27/5/2025).
Dia menjelaskan, bukan hal mudah mendatangkan ratusan ton pasta bumbu asli Indonesia ke Arab Saudi, dengan ketatnya perizinan oleh Otoritas pengawas makanan dan obat, Saudi Food and Drug Authority (SFDA).
Baca Juga
Pada 2023, Yusron menyebut sempat ada 10 kontainer berisi bahan makanan dan bumbu Indonesia terhalang masuk Arab Saudi karena terganjal perizinan. Tahun lalu pihaknya menginisiasi pengadaan bumbu dan bahan makanan bekerja sama dengan importir existing produk Indonesia di Arab Saudi.
"Semua impor melalui BPKH Limited, bekerja sama dengan importir sini. Sekali lagi, tanpa ada importir di sini tidak bisa kami memasukkan barang," jelas Yusron.
Dia mengakui potensi ekspor produk Indonesia untuk pasar haji dan umrah masih sangat besar dan terbuka lebar. Di komoditas bahan makanan saja, Indonesia baru mengeksplorasi pengadaan bumbu, ikan tuna kalengan, mie, dan santan.
Bahan baku berupa beras dan ikan patin, misalnya, masih didatangkan dari Thailand. Ke depan, Yusron mengejar peningkatan penetrasi bahan baku makanan di dapur-dapur yang melayani jemaah haji dan umrah dari Indonesia.
"Jadi salah satu tugas kami di KJRI, cek ke dapur-dapur kalau ada produk-produk yang dipakai bukan produk Indonesia, terus kami punya channel-nya, ya kami arahkan. Kemarin contohnya jamur potong, kami punya [kontak dengan] importir yang punya produk itu, kami arahkan ke sana. Lalu tuna juga seperti itu," jelasnya.
Jemaah haji dan umrah Indonesia diketahui merupakan yang terbanyak sepanjang tahun. Tahun ini saja, Indonesia mengantongi kuota haji reguler sebesar 203.320 jemaah. Sementara itu, per kuartal I/2025, jemaah umrah dari Indonesia tercatat sebanyak 547.122 orang.
Tahun lalu, Indonesia mengantongi 213.320 kuota jemaah haji reguler, dari total jemaah haji seluruh dunia sebanyak 1,83 juta orang. Adapun, untuk ibadah umrah, Kementerian Agama mencatat sekitar 1,4 juta jemaah dari Indonesia sepanjang tahun lalu.
Selain peluang ekspor produk Indonesia ke Arab Saudi, pemerintah juga tengah menggodok masuknya sistem pembayaran Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di Tanah Suci.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto sebelumnya menyebut Indonesia bisa menarik US$8 miliar dolar atau sekitar Rp132 triliun dari transaksi jemaah haji dan umrah Indonesia menggunakan QRIS.