Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RI Tak Lagi Impor Beras, Swasembada Pangan di Depan Mata?

Pemerintah memastikan bahwa Indonesia tidak akan impor beras, jagung dan gula pada 2025-2026. Apakah ini menjadi sinyal swasembada pangan tercapai?
Rika Anggraeni,Ni Luh Anggela
Rabu, 28 Mei 2025 | 07:19
Buruh tani memanen padi di lahan persawahan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (20/8/2024). Bisnis/Abdurachman
Buruh tani memanen padi di lahan persawahan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (20/8/2024). Bisnis/Abdurachman

Mengutip proyeksi Kementerian Pertanian (Kementan), stok beras di dalam gudang Perum Bulog dapat mencapai 4 juta ton. Angka ini diperkirakan paling lambat tercapai pada Mei 2025.

Pada kesempatan berbeda, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan stok beras yang dimiliki Bulog telah mencapai 3,5 juta ton sepanjang Januari—awal Mei 2025. Amran menyebut stok beras ini merupakan angka tertinggi selama 57 tahun terakhir, atau sejak Bulog berdiri.

“Ada kemungkinan 15 hari ke depan, paling lambat 20 hari, stok [beras] kita mencapai 4 juta ton, besar kemungkinan,” kata Amran.

Target Swasembada

Untuk diketahui, keputusan RI setop impor beras, jagung, gula dan garam dipastikan telah mendapat persetujuan dari Presiden Prabowo Subianto. Langkah ini dilakukan guna mewujudkan target swasembada pada 2026-2027.

Lantas, apakah penghentian impor sejumlah komoditas pangan yang dilakukan saat ini menjadi pertanda bahwa swasembada pangan telah dicapai?

Pengamat mengungkapkan sejauh ini bisa dikatakan Indonesia telah menggapai tahap swasembada pangan, seiring terpenuhinya kebutuhan dari dalam negeri.

Pengamat Pertanian dari Center of Reform on Economic (Core) Indonesia Eliza Mardian mengatakan kategori swasembada pangan itu jika mengacu pada definisi Organisasi Pangan dan Pertanian atau Food and Agriculture Organization (FAO).

“Kita sebetulnya masih swasembada kalau mengacu ke definisi FAO, karena 90% masih dipenuhi dari petani dalam negeri,” kata Eliza kepada Bisnis, Selasa (27/5/2025).

Namun, Eliza menjelaskan bahwa yang menjadi perhatian adalah apakah swasembada ini akan berkelanjutan atau tidak. “Itu yang perlu dijaga keberlanjutannya,” ujarnya.

Adapun, Eliza menuturkan alasan Indonesia tak lagi mengimpor beras pada tahun ini, didorong aksi 'jemput bola' Perum Bulog, sehingga mampu menyerap langsung produksi petani.

Dia menyebut kondisi ini berbeda dengan periode tahun lalu, pemerintah harus mengimpor beras sebagai jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

“Pemerintahan yang lalu impor [beras] itu karena Bulog nggak maksimal menyerap gabah petani karen nggak jemput bola, jadi quick win-nya, ya, impor,” tuturnya.

Namun, Eliza menjelaskan agar pemerintah dapat memitigasi perubahan iklim, sehingga produksi yang mencukupi terus terjaga. Upaya itu ditambah dengan perbaikan infrastruktur irigasi untuk mengantisipasi banjir saat musim hujan, sekaligus jadi cadangan air sewaktu kemarau tiba.

Di samping itu, Eliza menyatakan petani perlu menggunakan varietas dengan produktivitas tinggi, tetapi resilien terhadap perubahan iklim. “Kuncinya di pendampingan dan penyuluhan intensif. Gunakan inovasi teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas, kualitas sehingga kesejahteraan petani bisa meningkat,” terangnya.

Dampak ke Keuangan Negara

Sementara itu, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkap, penerimaan bea masuk pada April 2025 mengalami penurunan 1,9% (Year-on-Year/YoY) dipengaruhi oleh turunnya impor pangan seperti beras, jagung, dan gula.

Kemenkeu mencatat realisasi bea masuk hanya mencapai Rp15,4 triliun atau 29,2% dari target APBN, atau turun 1,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kendati begitu, penurunan ini dinilai menjadi sinyal positif atas keberhasilan swasembada pangan.

Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Anggito Abimanyu, mengatakan nihilnya impor tiga komoditas, yaitu beras, jagung, dan gula menunjukkan ketahanan pasokan dalam negeri.

“Penurunan penerimaan bea masuk bukan hal yang perlu dikhawatirkan. Penurunan terjadi karena tidak ada impor beras, jagung, dan gula. Jadi wajar tidak ada penerimaan bea masuk dari sana, tapi ini hal yang positif,” kata Anggito, mengutip laman resmi Kementan, Selasa (27/5/2025).

Dia menyampaikan, jika ketiga komoditas ini dikecualikan, penerimaan bea masuk justru tumbuh positif secara tahunan, yakni sebesar 4,3%.  Tidak hanya itu, kontribusi sektor pertanian juga terlihat dari penerimaan bea keluar. Kemenkeu mencatat, penerimaan bea keluar naik signifikan 95,9% menjadi Rp11,3 triliun. 

Capaian positif itu salah satunya di dorong oleh kenaikan harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO), memperkuat kontribusi pertanian tidak hanya pada ketahanan pangan, tetapi juga pada pendapatan negara.

Adapun, keberhasilan ini tentu tidak lepas dari strategi nasional di sektor pertanian, seperti peningkatan produksi dalam negeri, efisiensi distribusi, dan dukungan langsung kepada petani.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan, stok cadangan beras yang dikuasai Perum Bulog telah mencapai 3,9 juta ton per 24 Mei 2025.

“Ini capaian luar biasa. Alhamdulillah, stok Bulog sudah mencapai 3,9 juta ton. Ini mencerminkan ketahanan pangan nasional yang semakin kokoh, terutama di tengah krisis pangan global,” ujarnya.

Merujuk Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras pada Januari-Juni 2025 diperkirakan mencapai 18,76 juta ton. Angka tersebut naik 11,17% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.Pada periode yang sama, luas panen jagung pipilan diperkirakan mencapai 1,42 juta hektare, atau naik 11,64% dari tahun sebelumnya. Total produksi jagung pipilan kering dengan kadar air 28% pun diprediksi melonjak menjadi 10,91 juta ton, atau naik 12,88% dari 9,67 juta ton pada Januari-Juni 2024.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper