Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah perusahaan aplikasi transportasi online menyatakan keberatan terhadap wacana perubahan status mitra pengemudi (driver ojol) menjadi karyawan tetap. Mereka menilai, kebijakan tersebut dapat berdampak pada pengurangan jumlah driver secara signifikan.
Direktur Bisnis Indrive Indonesia, Ryan Rwanda, menyebut pihaknya telah berdiskusi dengan para mitra pengemudi melalui forum grup diskusi (FGD) dalam beberapa bulan terakhir. Dia menyatakan tidak ada satu pun pengemudi aktif yang setuju dengan perubahan status tersebut.
“Kita sudah menginformasikan kepada driver kita bahwasannya status driver di Indrive itu lebih mirip dengan konsumen, jadi statusnya sama dengan penumpang, tidak ada perbedaan,” ujar Ryan, Senin (19/5/2025).
Ryan menambahkan jika mitra pengemudi harus diangkat menjadi karyawan tetap, maka akan timbul beban baru bagi perusahaan yang berpotensi memangkas jumlah driver. Ryan memprediksi, skenario perubahan status dapat membuat hanya 10–13% pengemudi yang bisa dipertahankan, serta berpotensi mengurangi pendapatan mitra hingga 7% per bulan.
Status driver sebagai mitra juga dirasa lebih cocok dan adaptif menurut Maxim Indonesia. Head of Department Legal Maxim Indonesia Dwi Putratama mengatakan jika status mitra menjadi pekerja formal maka akan ada tambahan biaya operasional bagi perusahaan karena adanya gaji rutin, tunjangan BPJS dan BPJSTK hingga asuransi lainnya.
“Dan yang paling penting adalah penyerapannya pasti akan berkurang,” jelas dia.
Baca Juga
Senada, Chief of Public Affairs Grab Indonesia Tirza R. Munusamy menyebut status kemitraan saat ini masih relevan dan adaptif. Perubahan status akan menambah beban operasional perusahaan dan mengurangi daya serap pengemudi. Namun, Grab menyambut baik wacana klasifikasi mitra pengemudi sebagai pelaku UMKM agar tetap mendapatkan dukungan pemerintah tanpa kehilangan fleksibilitas kerja.
“Pasti akan ada pengurangan. Nah ini yang menjadi topik yang perlu memang dibisikkan lebih lanjut,” ujarnya.
Sementara itu, Gojek menyoroti beragam latar belakang mitra pengemudi yang dinilai membutuhkan fleksibilitas kerja. Presiden Gojek Catherine Hindra Sutjahyo menilai skema karyawan tetap bisa menghambat inklusivitas dalam ekosistem transportasi online.
“Kalau diubah menjadi pekerja atau karyawan tetap, maka marwahnya jadi tidak cocok. Kalau dari analisa kami itu tiga hal yang akan terjadi. Satu, pasti tidak akan bisa sebanyak saat ini. Kedua, makin susah jadi ojol. Ketiga, dampaknya negatif ke UMKM,” ujar Catherine.
Dia menjelaskan, sekitar 50% mitra Gojek tidak memiliki pekerjaan tetap dan menggunakan platform sebagai penghasilan utama. Sebagian lainnya bekerja paruh waktu, seperti ibu rumah tangga, mahasiswa, atau pekerja sambilan.
“Disinilah the power of the flexibility. Jadi kami rasa ini sangat penting, tapi jangan khawatir kalau memang mitranya itu yang menggunakan aplikator ini seperti penuh kerja, penuh waktu, itu juga akan terus terjaga pendapatannya,” jelasnya.