Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Imbas Tarif Trump, The Fed Beri Kode Tahan Suku Bunga hingga Akhir Tahun

The Fed kemungkinan besar menahan suku bunga acuan hingga akhir tahun imbas penerapan tarif Trump.
Gubernur Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell berbicara dalam konferensi pers setelah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) di Washington, Amerika Serikat pada Rabu (18/12/2024). / Reuters-Kevin Lamarque
Gubernur Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell berbicara dalam konferensi pers setelah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) di Washington, Amerika Serikat pada Rabu (18/12/2024). / Reuters-Kevin Lamarque

Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Federal Reserve Bank of San Francisco Mary Daly mengatakan bank sentral AS kemungkinan besar menahan suku bunga lebih lama hingga akhir tahun karena risiko peningkatan inflasi akibat penerapan tarif resiprokal oleh Presiden Donald Trump.

Dilansir dari Bloomberg pada Sabtu (19/4/2025), Daly mengungkapkan risiko peningkatan inflasi pada tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Konsekuensinya, The Fed harus mempertahankan kebijakan ketat lebih lama daripada yang diperkirakan.

"Namun, itu tidak berarti kebijakan ketat selamanya karena, pada akhirnya, inflasi akan turun," ujar Daly pada sebuah acara di Universitas California, Berkeley pada Jumat (18/4/2025).

Dia mengaku masih merasa nyaman dengan perkiraan median dalam Ringkasan Proyeksi Ekonomi Fed pada Maret, yang menunjukkan dua kali penurunan suku bunga masing-masing sebesar 25 basis poin sepanjang sisa tahun ini.

Daly mengungkapkan jika inflasi akhirnya menurun maka The Fed harus melakukan penurunan suku bunga secara bertahap untuk menstimulus perekonomian. Kendati demikian, kepala The Fed San Francisco itu menekankan pihaknya tidak perlu terburu-buru.

“Kita punya banyak waktu, dan kita berada di posisi yang baik untuk menunggu sebentar," jelasnya.

Dia meyakini bank sentral berada di posisi yang solid untuk memutuskan kebijakan moneter yang ketat untuk terus menekan inflasi.

Daly menambahkan semua perusahaan yang dihubunginya memilih untuk tak banyak ambil risiko sehingga membatasi investasi dan memangkas proyeksi pembukaan lapangan kerja.

“Sejauh ini kami belum banyak mendengar tentang PHK. Kami belum banyak mendengar tentang menarik diri dan berdiam diri,” katanya.

Sejak awal 2025, The Fed telah menahan kebijakannya sebagai respons terhadap inflasi yang tinggi dan yang terbaru kebijakan perdagangan agresif Trump, yang ingin menaikkan tarif kepada hampir semua barang impor secara drastis.

Sebagian besar ekonom memperkirakan bea masuk akan menurunkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan inflasi, setidaknya dalam jangka pendek. 

Sebelumnya, Ketua The Fed Jerome Powell—dan sejumlah pejabat Fed lainnya—sudah mengatakan bahwa bank sentral akan fokus untuk memastikan bahwa kenaikan harga barang-barang karena penerapan tarif resiprokal tidak memicu kenaikan inflasi terus-menerus.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper