Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Mesin Minta Pemerintah Tak Gegabah Longgarkan TKDN & Impor

Gabungan Industri Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia berharap pemerintah tak gegabah merelaksasi TKDN agar tidak menjadi bumerang bagi industri lokal.
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Industri Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia (Gamma) menilai rencana relaksasi tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dan impor harus tetap diatur regulasi yang tepat agar tidak menjadi bumerang bagi industri lokal. 

Rencana pelonggaran digulirkan pemerintah kala Indonesia akan dikenai tarif resiprokal impor Amerika Serikat (AS) sebesar 32%. Pemerintah menilai dua kebijakan tersebut pada momen tertentu justru membuat industri kalah saing di pasar. 

Ketua Umum Gamma Dadang Asikin mengatakan, pemerintah perlu melakukan penanganan ekstra untuk menghadapi kenaikan tarif ekspor produk Indonesia ke AS, apalagi jika relaksasi TKDN dan impor akan digunakan sebagai 'senjata' penawar untuk AS. 

"Mungkin saja relaksasi TKDN ini merupakan salah satu langkah strategi untuk menyikapi penerapan tarif oleh Amerika Serikat yang direspons tidak dengan resiprokal," ujar Dadang kepada Bisnis, Kamis (10/4/2025). 

Menurut Dadang, pemerintah juga dapat berupaya menekan defisit AS dari Indonesia, dengan meningkatkan permesinan yang potensial untuk mendukung industri hilirisasi, khususnya sektor minyak dan gas, serta industri pertahanan nasional. 

Pasalnya, selama ini dia juga melihat AS memasok berbagai barang modal dan spare part untuk masuk ke Indonesia ke produk information and communication technologies (ICT) dan mesin-mesin atau spare part untuk keperluan industri migas. 

Beberapa dari komoditas barang modal tersebut masih perlu diimpor karena belum mampu diproduksi dalam negeri sehingga nilai TKDN produk di sektor ini masih rendah. 

Di samping itu, Dadang menyebut, kebijakan tarif yang dilakukan oleh AS secara langsung akan berdampak terhadap nilai ekspor RI produk permesinan. 

Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor mesin dan peralatan mekanis (HS 84) dari Indonesia mencapai US$1,01 miliar atau 81,700 ton ke Amerika Serikat pada 2024. Kemudian, mesin dan perlengkapan elektrik (HS 85) mencapai US$4,18 miliar atau 263.500 ton. 

"Kebijakan tarif yang dilakukan oleh AS secara langsung akan berdampak terhadap nilai ekspor RI produk permesinan berupa spare part dan barang-barang hasil pengecoran, produk otomotif akan terdampak karena akan memliki penurunan daya saing di pasar AS," ujarnya. 

Tak hanya dampak ke kinerja ekspor, Dadang juga menyoroti, pengalihan produk-produk dari negara yang terkena tarif barrier AS akan mengalihkan pasarnya kepada negara lain, termasuk ke Indonesia.

Dalam hal ini, dia pun melihat urgensi TKDN sebagai dorongan untuk masuknya investasi industri dalam negeri lebih banyak sehingga kebutuhan barang modal di berbagai sektor bisa dipenuhi oleh produsen lokal. 

Lebih lanjut, dia juga meminta pemerintah tidak gegabah dalam menerapkan pembebasan kuota impor. Dadang menilai perlunya pengaturan bea masuk impor yang tepat, untuk itu pemerintah harus melakukan harmonisasi tarif impor. 

"Bahan baku industri dan bahan baku 0%, produk setengah jadi atau komponen kena 5%-10% dan produk jadi diatas 15%. Ini angka exercise saja yang ingin menunjukan pembebasannya tidak disamaratakan dan ada pengaturan," pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper