Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prabowo Kerahkan Pembangkit Nuklir dalam RUKN Sampai 2060

Produksi tenaga listrik pada 2060 sekitar 1.947 TWh dan akan didominasi oleh EBT yang beragam seperti air, nuklir, angin, surya, hingga arus laut
Menara pendingin di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang sudah tidak beroperasi. / Bloomberg-Heather Khalifa
Menara pendingin di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang sudah tidak beroperasi. / Bloomberg-Heather Khalifa

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Prabowo Subianto memasukan porsi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dalam pembaharuan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN).

Adapun pembaruan RUKN itu sesuai Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM Nomor 85.K/TL.01/MEM.L/2025. Beleid yang ditandatangani langsung oleh Menteri ESDM Bahlil Lahadalia itu menetapkan sistem perencanaan ketenagalistrikan nasional sampai 2060 mendatang.

Dalam beleid itu, produksi tenaga listrik pada 2060 sekitar 1.947 Terawatt hour (TWh) dan akan didominasi oleh energi baru dan energi terbarukan (EBT) yang beragam seperti air, nuklir, angin, surya, arus laut, bioenergi, panas bumi, amonia (NH3), dan green hydrogen (H2). 

Produksi tenaga listrik pada 2060 akan berasal dari EBT sebesar 73,6% dan energi fosil 26,4%.

Lebih rinci, produksi tenaga listrik dari pembangkit yang memanfaatkan energi baru terdiri atas pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) amonia (NH3) NH3 sekitar 61 TWh atau sekitar 3,1%.

Lalu, PLTG/PLTGU/PLTMG/PLTMGU H2 sekitar 126 TWh atau sekitar 6,5%. Selanjutnya, dari pembangkit listrik tenaga nuklir sekitar 276 TWh atau sekitar 14,2%. Selanjutnya, waste heat sekitar 6 TWh atau sekitar 0,3%. 

Lebih lanjut, produksi tenaga listrik dari pembangkit yang memanfaatkan energi terbarukan Variable Renewable Energy (VRE) terdiri atas PLTS sekitar 165 TWh atau sekitar 8,4%. 

Kemudian, PLTB sekitar 235 TWh atau sekitar 12,1% dan PLTAL sekitar 4 TWh atau sekitar 0,2%.

Sedangkan produksi tenaga listrik yang memanfaatkan pembangkit energi terbarukan Society of Renewable Energy (SRE) mencakup PLTA sekitar 310 TWh atau sekitar 15,9%.

Selanjutnya, PLTP sekitar 178 TWh atau sekitar 9,2% dan PLTBio sekitar 72 TWh atau sekitar 3,7%.

Sementara itu, produksi tenaga listrik dari pembangkit fosil terdiri atas PLTU Cfbio + CCS sekitar 349 TWh atau
sekitar 17,9%.

Lalu, PLTG/PLTGU/PLTMG/PLTMGU + CCS sekitar 161 TWh atau sekitar 8,3% dan PLTG/PLTGU/PLTMG/PLTMGU sekitar 4 TWh atau sekitar 0,2%.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper