Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pembatasan Truk 16 Hari Ancam Produksi Industri Kaca hingga Keramik

Pengusaha menyebut pembatasan operasional truk selama 16 hari pada periode mudik Lebaran 2025 dapat mengganggu produktivitas.
Truk melintas di ruas tol cikampek, Bekasi, Jawa Barat, Senin (18/11/2024)./Bisnis-Abdurachman
Truk melintas di ruas tol cikampek, Bekasi, Jawa Barat, Senin (18/11/2024)./Bisnis-Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Industri yang bergantung pada angkutan logistik ramai-ramai mengaku keberatan atas pembatasan operasional truk selama periode mudik Lebaran 2025 yang berlaku selama 16 hari, tepatnya pada 24 Maret-8 April. 

Ketua Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) Yustinus Gunawan mengatakan, kebijakan tersebut dapat mengancam produktivitas yang secara tak langsung memperlambat perputaran ekonomi pada libur Lebaran tahun ini. 

“Jadi dengan memperlebar larangan truk itu artinya dengan mengecilkan potensi ekonomi kita,” kata Yustinus, dikutip Rabu (19/3/2024). 

Pembatasan truk dalam rentang waktu panjang disebut akan menghambat input bahan baku produksi, sementara mesin pengolah tak dapat serta merta dimatikan karena alasan efisiensi energi. 

Yustinus menuturkan, untuk menghidupkan tungku dengan suhu optimal untuk produksi dibutuhkan waktu panjang sehingga tidak mungkin industri mematikan produksi nyaris 3 pekan. Artinya, tungku harus terus menyala tanpa ada input masuk, alhasil beban ongkos energi meningkat.

“Industri kaca yang memang harus terus beroperasi apalagi sangat bergantung kepada logistik. Itu pengurangan jam kerja atau larangan truk operasi itu dengan rentang panjang itu akan mengurangi produktivitas kami,” jelasnya. 

Apalagi, distribusi untuk produk jadi juga terhambat sehingga dapat dipastikan stok menumpuk dan membutuhkan gudang atau ruang penyimpanan lebih banyak. 

“Kami sangat mengharapkan bahwa itu bisa seperti tahun lalu, cuma 4 hari sebelum dan 4 hari sesudah, 8-10 hari masih bisa kami atur,” tuturnya. 

Senada, Ketua Umum Asosiasi Gelas Kaca Indonesia (APGI) Henry T. Sutanto mengatakan, jika dihitung dari potensi kehilangan omzet, maka setidaknya pendapatan selama sebulan turun 4%-10% tergantung skala produksi pabrik. 

"Sebenarnya kalau dihitung per bulan, itu bisa hilang sekitar 10% [omzet] karena setengah dari energi kita kan harus buang itu," katanya.

Dia menerangkan bahwa industri gelas kaca merupakan angkutan barang bulky atau barang dengan massa yang besar dan berat, serta kebutuhannya tidak dapat dihentikan dalam waktu yang lama.

Kebutuhan bahan baku produksi gelas kaca seperti pasir kuarsa atau silika, soda abu, dan lainnya dalam sehari bisa membutuhkan 200-1.000 ton per hari. 

Artinya, jika pembatasan dilakukan selama 16 hari maka pabrik akan kehilangan 16.000 ton bahan baku dan tidak dapat berproduksi.

Apalagi, produk jadi gelas kaca yang tidak dapat didistribusikan imbas pembatasan angkutan selama 16 hari itu juga berpotensi menumpuk dan membutuhkan gudang yang lebih besar.

"Karena industri gelas itu tidak bisa berhenti, produksi harus jalan terus. Kita butuh temperatur yang cukup tinggi dan temperatur harus terjaga, sedangkan untuk manasin tungku dari titik 0-1.600 derajat itu butuh waktu 21 hari," tuturnya.

Di sisi lain, Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto mengatakan, kebijakan tersebut lebih lama dari yang selama ini diterapkan 8-10 hari. Menurut Edy, hal tersebut dapat merugikan industri dan berisiko mengganggu efisiensi produksi.

"Bagi kami ini sudah jelas ini merugikan kegiatan dunia usaha. Apalagi dalam proses produksi. Jadi boleh dikatakan 16 hari ini industri ini dirugikan karena 'vakum' [distribusi bahan baku dan produk jadi]," ujarnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper