Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Eskalasi Perang Dagang dan Ketidakpastian Global Jadi Tantangan Neraca Dagang RI

BPS melaporkan ekspor Indonesia pada Februari 2025 mencapai US$21,98 miliar, mengalami kenaikan 2,58% secara bulanan atau 15,04% secara tahunan.
Ilustrasi neraca perdagangan Indonesia lewat kegiatan ekspor-impor menggunakan kapal. JIBI/Bisnis
Ilustrasi neraca perdagangan Indonesia lewat kegiatan ekspor-impor menggunakan kapal. JIBI/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja surplus neraca perdagangan Indonesia masih akan berlanjut pada semester I/2025.

Peneliti Makroekonomi dan Pasar Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB Universitas Indonesia Teuku Riefky megatakan terdapat dua hal yang perlu diwaspadai agar kinerja neraca dagang Indonesia tetap tumbuh positif.

“Satu, eskalasi dari perang dagang,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (17/3/2025).

Menurutnya, eskalasi dari perang dagang kemungkinan akan semakin intens dan arus barang dari China berpotensi masuk ke negara-negara Asia termasuk Indonesia. 

Masuknya produk-produk dari China ke Indonesia berpotensi memicu persaingan dengan produk-produk dalam negeri. Hal lain yang patut diwaspadai yakni kondisi ketidakpastian global yang meningkat. 

“Ini yang perlu diwaspadai,” katanya. 

Menurutnya, kondisi ini membuat nilai tukar rupiah cenderung melemah sehingga mendorong terjadinya inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga barang impor dari luar negeri atau imported inflation.

“Jadi ini juga menjadi tantangan lain yang perlu diantisipasi oleh pemerintah Indonesia,” tutur Teuku. 

Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan surplus neraca perdagangan masih bertahan di 2025. 

Namun, potensi menyempitnya surplus neraca dagang cukup besar dalam beberapa bulan ke depan, akibat tekanan dari sisi ekspor dan peningkatan impor.

“Penurunan harga komoditas, kebijakan ekspor tertentu, serta ketidakpastian permintaan global menjadi faktor utama yang perlu diwaspadai,” ujarnya kepada Bisnis. 

Untuk menjaga surplus perdagangan, pemerintah perlu mendorong ekspor berbasis manufaktur. Selain itu, pemerintah juga dinilai perlu meningkatkan diversifikasi produk ekspor ke pasar non tradisional. 

Adapun Indonesia kembali mencatatkan surplus neraca dagang selama 58 bulan terturut-turut sejak Mei 2020. Tercatat pada Februari 2025, neraca perdagangan barang Indonesia mengalami surplus sebesar US$3,12 miliar.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan surplus neraca perdagangan ditopang oleh komoditas nonmigas sebesar US$4,84 miliar. 

“Pada Februari 2025, neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar US$3,12 miliar atau turun sebesar US$0,38 miliar secara bulanan,” tuturnya. 

BPS juga melaporkan bahwa ekspor Indonesia pada Februari 2025 mencapai US$21,98 miliar, mengalami kenaikan 2,58% secara bulanan (Month-to-Month/MtM) atau 15,04% secara tahunan (Year-on-Year/YoY). Kenaikan ini didorong oleh ekspor migas dan nonmigas yang masing-masing naik 8,25% dan 2,29%. 

Sementara itu, nilai impor Indonesia Februari 2025 mencapai US$18,86 miliar, naik 5,18% MtM dibandingkan dengan Januari 2025 dan 2,3% secara YoY. Impor migas mencapai US$2,87 miliar, naik 15,50%, sedangkan impor nonmigas mencapai US$16 miliar atau naik 3,52%.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper