Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Surplus Neraca Dagang Februari 2025 Diproyeksi Susut, Impor Melonjak

Neraca perdagangan Indonesia diperkirakan masih akan mencatatkan surplus pada Februari 2025, meskipun menurun dari bulan sebelumnya.
Ilustrasi neraca perdagangan Indonesia. Foto udara suasana di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (8/9/2022). JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Ilustrasi neraca perdagangan Indonesia. Foto udara suasana di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (8/9/2022). JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Neraca perdagangan Indonesia diperkirakan masih akan mencatatkan surplus pada Februari 2025, meskipun menurun dari bulan sebelumnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) akan melaporkan kinerja ekspor, impor, dan neraca perdagangan Indonesia pada Senin, (17/3/2025) mulai pukul 11.00 WIB.

Kepala Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Andry Asmoro memperkirakan surplus neraca perdagangan menyusut ke angka US$1,85 miliar dari Januari yang mencapai US$3,45 miliar.

Surplus yang menurun tersebut sejalan dengan moderasi ekspor akibat penurunan harga dan volume ekspor batu bara. 

Asmo, sapaannya, memperkirakan ekspor masih akan tumbuh positif sebesar 7,8% secara tahunan atau year on year (YoY), namun terkontraksi sebesar 3,2% secara bulanan atau month to month (MtM).

“Penurunan ekspor secara bulanan diperkirakan disebabkan oleh penurunan ekspor batu bara [data ESDM] yang secara volume turun 1% YoY atau turun 9% MtM,” ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip pada Minggu (16/3/2025).

Dirinya melihat dari sisi harga, mayoritas komoditas ekspor utama Indonesia mengalami penurunan. Utamanya harga batu bara turun 10,1% MtM dan nikel kontraksi 0,7%. 

Sementara berkaca dari data PMI manufaktur Indonesia pada Februari 2025, mengonfirmasi adanya penurunan permintaan dari luar negeri.

Dari sisi impor, Asmo memperkirakan akan tumbuh 2,6% YoY atau 5,1% MtM, sejalan dengan membaiknya kinerja PMI manufaktur Indonesia yang mendorong peningkatan impor bahan baku.

PMI manufaktur meningkat ke level 53,6 pada Februari 2025, didorong oleh peningkatan aktivitas produksi dan permintaan domestik. 

Bahkan Asmo melihat bahwa perusahaan meningkatkan aktivitas pembelian bahan baku mereka ke tingkat tercepat sejak Mei tahun lalu.

Sementara itu, konsensus pasar Bloomberg mencatat median proyeksi neraca perdagangan pada Februari 2025 mencapai US$2,4 miliar. Adapun konsensus ekspor diperkirakan meningkat 7,63% dan impor naik 1,35%.

Per Januari 2025, kinerja ekspor mengalami pertumbuhan sebesar 4,68% YoY, namun lebih lambat 8,56% MtM bila dibandingkan dengan Desember 2024. 

Sementara kinerja impor mengalami kontraksi secara tahunan dan bulanan, yang masing-masing turun sebesar 2,67% dan 15,18%. 

Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) atau BCA David E. Sumual lebih optimistis dalam proyeksinya. Dia mengestimasi surplus perdagangan Februari 2025 menyentuh US$3,25 miliar.

Dia memperkirakan adanya lonjakan ekspor secara tahunan sebesar 13,13% YoY. Ekspor juga akan tumbuh 1,64% secara bulanan setelah sempat terkoreksi hingga 8,56% month to month (mtm) pada bulan sebelumnya.

Kenaikan ekspor secara tahunan terutama disebabkan oleh basis rendah pada ekspor komoditas tahun lalu seperti batu bara, minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dan gas alam.

Dari sisi impor, David memperkirakan kenaikan secara bulanan sebesar 3,06% setelah kontraksi cukup dalam sebesar 15,18% mtm pada Januari 2025. Kenaikan importasi komoditas pangan menjadi faktor utama penopang pertumbuhan bulanan ini.

“Menjelang Ramadan, mulai ada efeknya ke peningkatan impor,” ujarnya, Minggu (16/3/2025). 

Impor Melonjak

Menyusutnya neraca dagang diperkirakan terjadi menyusul aktivitas impor yang diproyeksi tumbuh 2,01% secara bulanan dan 4,51% secara tahunan pada Februari 2025, didorong peningkatan permintaan domestik menjelang Ramadan.

Kepala Ekonom PT Bank Pertama Tbk. (BNLI) Josua Pardede memperkirakan ekspor untuk periode yang sama justru melemah karena ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi China.

Negeri Panda sendiri merupakan mitra dagang utama Indonesia, baik dari sisi ekspor maupun impor. Performa ekonomi negara tersebut hampir pasti berdampak pada neraca dagang Indonesia.

“Surplus perdagangan Februari 2025 diperkirakan menyempit menjadi US$1,69 miliar daripada bulan sebelumnya yang senilai US$3,45 miliar,” ujar Josua, Minggu (16/3/2025).

Josua mengatakan stabilisasi harga komoditas global dan risiko perang dagang yang muncul turut menjadi faktor yang berkontribusi terhadap penurunan tersebut.

Bangkitnya impor pada Februari 2025, usai kontraksi 2,67% year on year (YoY) pada Januari 2025, diestimasi ditopang oleh kenaikan signifikan importasi produk-produk utama seperti bahan bakar dan kurma.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper