Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Pilih Relokasi 630 Pabrik Mebel ke Vietnam Ketimbang RI

HIMKI mengungkap alasan China memilih relokasi 630 pabrik mebel ke Vietnam ketimbang Indonesia dalam 10 tahun terakhir.
Foto udara salah satu kawasan industri di Batam./istimewa
Foto udara salah satu kawasan industri di Batam./istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) mengungkap sebanyak 630 perusahaan mebel asal China melakukan relokasi pabrik ke Vietnam dalam 10 tahun terakhir. Hal ini dilakukan sebagai langkah antisipasi perang dagang China-AS. 

Ketua Umum Himki Abdul Sobur mengatakan Indonesia masih perlu berbenah dalam tata kelola regulasi dan insentif untuk meningkatkan daya tarik investor, salah satunya terkait pembebasan pajak dan jaminan keamanan. 

"Lebih dari 630 perusahaan mebel dari China berpindah kesana [Vietnam] itu di 10 tahun terakhir. China itu pintar, kan perang dagang nih, tarifnya mahal, tapi kalau dari Vietnam, dia melenggang karena Vietnam punya Free Trade Agreement (FTA) dengan Amerika Serikat," kata Sobur kepada wartawan di IFEX 2025, Kamis (6/3/2025). 

Dia menerangkan, salah satu masalah keamanan yang masih mendera investasi industri saat ini terkait dengan aksi premanisme organisasi masyarakat (Ormas). Hal ini menjadi pemicu investor maju mundur untuk menanamkan modalnya di Tanah Air. 

Kondisi premanisme ormas dinilai dapat berdampak luas ke kinerja industri dalam negeri. Sobur membandingkan dengan kondisi investasi di Vietnam yang terjamin keamanannya.

"Kita sedang konsen bertempur dan berjuang melawan negara yang sudah bersih dari hal-hal itu [ormas], seperti Vietnam. Mungkin di sana bisa bertumbuh industrinya, tetapi di sini masih harus menghadapi hal-hal itu (ormas)," jelasnya. 

Untuk itu, pihaknya berharap pemerintah dapat fokus memberikan tindakan tegas untuk menghentikan aksi-aksi premanisme yang merugikan industri. Hal tersebut menjadi gangguan untuk dapat bersaing dengan Vietnam. 

"Tetapi saya yakin pemerintah sudah memiliki kesadaran yang cukup besar bahwa elemen penting yang harus diberangus karena itu jelas mengganggu, terutama di industri-industri besar. Itu juga mengganggu industri mebel, kasus-kasus yang kita dengar kemarin gangguan dari ormas," tuturnya.

Sebagaimana diketahui, kinerja ekspor industri mebel Indonesia mencapai US$2,5 miliar pada 2024, angka tersebut tertinggal dari Vietnam yang ekspornya mencapai US$20 miliar. 

Di sisi lain, menurut Sobur, pemerintah juga mesti mengadopsi cara Vietnam menjaga iklim industri dan investasi sehingga dapat menangkap potensi relokasi pabrik imbas perang dagang. 

"Kalau negara itu mau maju, sebagaimana Vietnam, sebagai benchmarking, perlu dikasih insentif diperbesar, premanisme kalau di Vietnam sudah habis, mungkin minim. Jadi wajar kalau ekspor mebel mereka bisa mencapai US$20 miliar karena negara itu kondusif untuk investasi," jelasnya. 

Tak hanya itu, Vietnam juga didukung oleh penerapan FTA dengan Amerika dan Eropa, sementara Indonesia belum terdapat kesepakatan tersebut. 

"Vietnam sudah 20 tahun yang lalu punya FTA baik ke Amerika Serikat maupun ke Eropa. Jadi sebetulnya salah satu kekuatan negara itu di situ. Kalau kita mau masuk ke Amerika Serikat sulit. Kita mengharapkan pemerintah," pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper