Bisnis.com, JAKARTA — Petani cabai mengungkap gagal panen menjadi biang kerok harga cabai rawit merah melambung tajam hingga mencapai Rp120.000 per kilogram saat Ramadan 2025 tiba.
Ketua Asosiasi Champion Cabai Indonesia (ACCI) Tunov Mondro Atmojo mengatakan salah satu penyebab utama utama harga cabai rawit merah meroket lantaran tanaman cabai yang seharusnya panen pada Maret tahun ini mengalami gagal panen pada akhir Desember—Januari lalu. Dia menjelaskan, gagal panen ini imbas dari hujan ekstrem yang melanda di sentra produksi.
“Lebih dari 50% tanaman [cabai] harus diganti tanaman baru, akibatnya bulan sekarang stok menurun, petani hanya bertahan dengan sisa tanaman bulan Desember,” kata Tunov kepada Bisnis, Kamis (6/3/2025).
Terlebih, lanjut dia, mayoritas petani cabai masih menggunakan skema konvensional alias belum memiliki green house atau smart farming.
Selain itu, Tunov menyampaikan bahwa kejadian ini juga diperparah dengan hujan sejak pagi di wilayah-wilayah sentra yang berakibat petani harus menunda panen dan menunggu cuaca lebih baik.
Faktor lain penyebab harga cabai rawit merah melonjak tajam lantaran petani dan pengepul di wilayah sentra sedang tidak beroperasi. Alhasil, permintaan cabai ikut melambung.
Baca Juga
“Yang sangat membuat kenaikan harga ekstrem karena pada hari pertama dan kedua puasa petani libur panen karena puasa awal dan pengepul di wilayah sentra juga libur,” ungkapnya.
Kendati demikian, Tunov menuturkan bahwa dalam dua hari terakhir, harga cabai sudah mulai terkoreksi sangat dalam. Misalnya saja, per hari ini, Kamis (6/3/2025), harga cabai rawit merah di tingkat petani adalah Rp50.000 per kilogram, sedangkan harga cabai merah keriting adalah Rp25.000 per kilogram.
Di sisi lain, dia menyebut banjir yang mengepung wilayah DKI Jakarta tidak tidak terlalu berdampak pada sentra produksi cabai.
“Banjir Jakarta tidak begitu berdampak, karena kalau berdampak otomatis, harga daerah dan Jakarta akan jauh perbedaannya, tapi faktanya turunnya harga hampir merata di seluruh Indonesia,” terangnya.
Menyitir Panel Harga Badan Pangan Nasinal (Bapanas), Kamis (6/3/2025) pukul 12.08 WIB, harga rata-rata cabai rawit merah di tingkat konsumen dibanderol Rp89.224 per kilogram secara nasional. Padahal, harga acuan penjualan (HAP) komoditas ini di rentang Rp40.000–Rp57.000 per kilogram.
Harga cabai rawit merah paling mahal mencapai Rp143.750 per kilogram di Kalimantan Utara, sedangkan harga termurah dibanderol Rp51.667 per kilogram di Papua Tengah.
Untuk cabai merah keriting, harga rata-ratanya adalah Rp57.603 per kilogram di tingkat konsumen. Sementara itu, HAP nasional cabai merah keriting adalah di rentang Rp37.000–Rp55.000 per kilogram.
Panel Harga Bapanas menunjukkan, harga cabai merah keriting paling mahal tembus Rp98.158 per kilogram di Kalimantan Barat dan yang termurah di Jambi senilai Rp41.944 per kilogram.
Sementara itu, harga rata-rata cabai merah besar di tingkat konsumen adalah Rp58.955 per kilogram, dengan yang termahal di Papua Tengah senilai Rp75.000 per kilogram dan termurah di Aceh senilai Rp47.500 per kilogram.
Makin Pedas
Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan) Zulkifli Hasan (Zulhas) mengakui harga aneka cabai melambung tinggi di atas Harga Acuan Penjualan (HAP). Kendati demikian, Zulhas menyebut harga cabai akan mulai mereda dalam dua pekan ke depan.
Zulhas menyebut cabai menjadi satu-satunya komoditas pangan yang melambung saat Ramadan 2025. Pasalnya, harga cabai dibanderol di kisaran Rp100.000–Rp120.000 per kilogram.
“Yang pedas memang cabai, cabai apapun ya. Mau cabai rawit, cabai merah keriting,” kata Zulhas seusai memantau harga barang kebutuhan pokok di Pasar Jaya Johar Baru, Jakarta, Rabu (5/3/2025).
Zulhas mengungkap melonjaknya harga cabai disebabkan faktor musim hujan yang berimbas pada gagal panen.
“Cabai [mahal] mungkin karena musim hujan. Kalau musim hujan kan panennya gagal. Tapi biasanya nggak lama, biasanya 2 minggu. Setelah nanti terang lagi [cuaca], itu [harganya] akan turun lagi,” ujarnya.
Cara tradisional dipersoalkan ....