Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bukan Efisiensi, Prancis Ingin Pajaki Orang Kaya Gegara Kekurangan Anggaran

Pemerintah Prancis ingin memperluas pajak bagi orang kaya usai defisit anggaran terus membengkak dan biaya pinjaman yang semakin tinggi.
Orang-orang berkumpul untuk menyaksikan melalui layar kaca upacara pembukaan kembali Katedral Notre Dame di Paris, lebih dari 5 tahun usai kebakaran melanda bangunan ikonik tersebut, sebagai bagian dari upacara untuk menandai pembukaan kembali Katedral setelah direstorasi, di Paris, Prancis, 7 Desember 2024./REUTERS-Kevin Coombs
Orang-orang berkumpul untuk menyaksikan melalui layar kaca upacara pembukaan kembali Katedral Notre Dame di Paris, lebih dari 5 tahun usai kebakaran melanda bangunan ikonik tersebut, sebagai bagian dari upacara untuk menandai pembukaan kembali Katedral setelah direstorasi, di Paris, Prancis, 7 Desember 2024./REUTERS-Kevin Coombs

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Prancis ingin memperluas pajak bagi orang kaya usai defisit anggaran terus membengkak dan biaya pinjaman yang semakin tinggi. Padahal, pemerintah ingin meningkatkan anggaran pertahanannya.

Dilansir dari Bloomberg, Selasa (4/3/2025), Menteri Keuangan Prancis Eric Lombard mengungkit kembali usulan pemerintahan sebelumnya di bawah Perdana Menteri Michel Barnier untuk mengenakan pajak khusus untuk masyarakat berpendapatan tinggi. Menurutnya , usulan tersebut menarik untuk kembali dipertimbangkan.

"Orang-orang yang memiliki tabungan yang signifikan harus membayar pajak. Itulah yang sedang kami pertimbangkan," ujar Lombard.

Sebelumnya, dia menyatakan tidak ingin menaikkan pajak penghasilan korporasi (PPh Badan). Lombard khawatir kenaikan PPh Badan berdampak negatif ke lapangan pekerjaan.

Di sisi lain, pemerintah Prancis tengah mempertimbangkan cara untuk meningkatkan anggaran pertahanan akibat upaya Uni Eropa ingin mengurangi ketergantungan kepada Amerika Serikat (AS).

Apalagi, belakangan Presiden AS Donald Trump mengkritisi Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Sementara itu, Uni Eropa berkomitmen untuk terus mendukung Ukraina dalam perangnya melawan Rusia.

Pada saat yang sama, kekhawatiran atas ketidakpastian ekonomi, ketidakpastian politik menyusul pemilihan umum dadakan beberapa waktu lalu, dan pertikaian parlemen yang berlarut-larut mengenai anggaran tahun ini menyebabkan Prancis harus menanggung biaya pinjaman yang lebih tinggi sehingga membatasi ruang gerak fiskal.

Negara dengan perekonomian terbesar kedua di kawasan Eropa itu harus menghabiskan lebih dari 50 miliar euro (US$52,5 miliar) setiap tahunnya untuk membayar bunga bagi pemegang utang negara. Menurut Lombard, nilai tersebut hampir sama dengan kebutuhan anggaran pertahanan Prancis.

Menteri keuangan itu menambahkan bahwa kawasan industri tertentu yang harus ditutup atau berisiko ditutup dapat dialihkan untuk membantu meningkatkan produksi militer.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper