Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Produsen Peralatan Listrik Indonesia (APPI) optimistis dapat menangkap peluang besar ekspor produk ke Amerika Serikat (AS) imbas perang dagang dengan China akibat penerapan tarif impor tinggi bagi negeri Tirai Bambu itu.
Ketua Umum APPI Yohanes Purnawan Widjaja mengatakan saat ini berbagai produk peralatan listrik dari Indonesia masih masuk ke Amerika dengan tarif normal. Sinyal positif ini memberikan angin segar bagi industri peralatan listrik lokal untuk tumbuh makin positif.
"Tentunya ada berkahnya juga dengan adanya perang dagang China dengan Amerika. Kita, dari Indonesia itu masih bisa masuk ke Amerika, makanya beberapa buyer-buyer dari Amerika itu mencari alternatif juga kesini, selain ke Vietnam, Taiwan, Korea," kata Yohanes kepada Bisnis, Kamis (20/2/2025).
Adapun, beberapa produk peralatan listrik yang saat ini banyak dicari yaitu panel listrik tegangan rendah dan tegangan menengah, komponen listrik proteksi seperti saluran udara tegangan menengah (SUTM) dan saluran udara tegangan tinggi (SUTT), hingga kabel.
Kendati demikian, Yohanes tak memungkiri masih terdapat tantangan yang dikhawatirkan oleh pengusaha peralatan listrik saat ini terkait risiko banjir produk impor asal China yang datang dari jalur ilegal.
Hal ini tentu menjadi ancaman bagi produsen transformator distribusi tegangan menengah dan transformator tenaga tegangan 150 KV itu. Apalagi, dia menilai ekonomi China dalam kondisi penurunan, disertai dengan kondisi perang dagang Amerika Serikat dan China.
Baca Juga
"Efeknya banyak produk-produk kelistrikan China yang dikenakan tarif pajak masuk yang tinggi ke Amerika. Otomatis mereka mencari sasaran pasar dong, market. Yang dilihat sangat potensial itu tentunya Indonesia karena memang market Indonesia cukup besar," tuturnya.
Namun, pihaknya meyakini industri atau produsen yang mendukung bidang kelistrikan di Indonesia juga akan menadah berkah dari transisi energi dan proyek-proyek ketenagalistrikan yang masif di dalam negeri.
Apalagi, komitmen pemerintah yang tetap mendorong penerapan energi baru terbarukan (EBT) mendorong pembelanjaan untuk proyek jalur-jalur transmisi dan distribusi baru.
"Nah, itu tentunya kalau ke vendor-vendor, ke produsen-produsen yang bergerak di bidang komponen industri kelistrikan, transmisi dan distribusi ya akan bertambah ordernya," terangnya.
Adapun, industri peralatan listrik memproyeksi pertumbuhan kinerja dapat mencapai 15%–20% tahun ini. Optimisme tersebut melanjutkan capaian target pertumbuhan kinerja industri peralatan listrik tahun lalu yang mencapai 15%.
"Proyek lagi banyak, bahkan tahun ini optimismenya luar biasa, PLN lagi mau membangun yang 48.000 km sirkuit jaringan transmisi baru. Optimisme orang di bidang kelistrikan sekarang lagi tinggi-tingginya. Apalagi dengan adanya transisi energi," ujarnya.
Dia menerangkan bahwa tahun lalu merupakan fase pemulihan bagi industri peralatan listrik yang didukung proyek-proyek PT PLN (Persero), serta pemulihan ekonomi nasional.
Pasalnya, selama Covid-19 lalu PLN disebut meminimalkan anggaran belanja, sedangkan pada 2024 anggaran pembelian sektor ketenagalistrikan telah kembali normal. Kondisi ini menjadi angin segar bagi industri.
"Terutama nih tentang transisi energi nih, yang dari energi fosil itu ke energi terbarukan kan. Karena Indonesia kan sudah ikut yang Paris Agreement. Pemerintah kan sudah berkomitmen kan untuk mengurangi energi-energi fosil," terangnya.