Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Dagang AS-China, Gapki: Ekspor CPO RI Berpotensi Terdampak

Gapki menilai perang dagang AS—China akan mempengaruhi tren ekspor CPO Indonesia ke AS.
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor. Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyebut perang dagang AS vs China akan berpengaruh pada kondisi ekonomi global, termasuk nasib ekspor minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) Indonesia ke depan.

Ketua Umum Gapki Eddy Martono mengatakan bahwa perang dagang AS—China akan mempengaruhi tren ekspor CPO Indonesia ke AS. Meski demikian, dia tetap berharap ekspor CPO Indonesia akan meningkat.

“Kami melihat memang tergantung dengan kondisi negara importir. Kami masih menunggu dengan Trump ini [kebijakannya] seperti apa, apakah akan pengaruh terhadap ekonomi global atau tidak,” kata Edy saat ditemui Bisnis seusai Audiensi GAPKI dengan Komisi IV di kompleks Senayan, Jakarta, Selasa (18/2/2025).

Menurutnya, jika perang dagang AS—China memburuk, Edy memproyeksi ekspor CPO Indonesia ke AS akan berpengaruh, meski tidak turun drastis. Sebab, Negara Paman Sam itu masih tetap membutuhkan minyak sawit untuk kebutuhan pokok, begitu pula dengan industri.

“Tetapi kemungkinan untuk meningkatnya [ekspor CPO ke AS] susah, kalau kondisinya nanti seperti itu, tapi kita berharap dengan naiknya Trump ini bukan menambah ekonomi global menjadi kurang baik,” tuturnya.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor CPO dan turunannya mengalami penurunan baik secara bulanan (month-to-month/mtm) maupun tahunan (year-on-year/yoy) pada Januari 2025.

Eddy mengatakan salah satu penyebab turunnya nilai ekspor CPO dan turunannya pada Januari 2025 lantaran ekonomi negara pengimpor sedang bermasalah, termasuk China.

Selain itu, Eddy mengungkap bahwa harga minyak sawit masih lebih mahal dibandingkan minyak nabati seperti bunga matahari dan kedelai. “Itu yang menyebabkan akhirnya ada pilihan lain, mereka akhirnya impor minyak bunga matahari dan kedelai,” ungkapnya.

Adapun, harga CPO Rotterdam masih di sekitar US$1.000 per ton. Ke depan, Gapki memproyeksi harga CPO Rotterdam masih di kisaran US$1.000 per ton. Perkiraan harga CPO itu seiring dengan produksi CPO di Malaysia yang tidak meningkat secara drastis dan produksi CPO di Indonesia yang juga mengalami stagnan.

Di sisi lain, Eddy juga mengingatkan untuk menjaga pangsa pasar CPO Indonesia, seperti Pakistan yang merupakan negara tujuan utama terbesar kedua bagi Indonesia.

Apalagi, data BPS pada Januari 2025 menunjukkan volume ekspor CPO ke Pakistan anjlok 52,92% mtm dan 37,57% yoy. Ditambah, ungkap Eddy, saat ini Malaysia secara intens sedang mencoba mendekati kembali Pakistan.

“Mereka kan sekarang 10% pangsa pasarnya, kita 90%. Nah mereka akan meningkatkan kembali supaya tidak hanya 10%. Mereka berusaha dengan segala macam, harusnya kita juga mustinya aware supaya 90% ini jangan sampai kita terus turun,” ungkapnya.

Berdasarkan data BPS, nilai ekspor CPO dan turunannya hanya mencapai US$1,44 miliar pada Januari 2025, atau turun 16,68% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu sebesar US$1,72 miliar. Jika dibandingkan bulan sebelumnya, nilainya juga turun 24,1% mtm.

Adapun, share CPO dan turunannya hanya 7,04% pada Januari 2025. Angkanya paling rendah dibandingkan komoditas unggulan lainnya.

Sementara itu, untuk total volume ekspor CPO dan turunannya hanya sebanyak 1,27 juta ton pada Januari 2025, merosot dibandingkan Desember 2024 yang mampu mencapai 1,65 juta ton. Pada Januari 2024, total volume ekspor CPO dan turunannya sempat mencapai 2,06 juta ton.

Dari sisi harga, CPO dan turunannya di tingkat global pada Januari 2025 adalah US$1.134,08 per ton, atau turun dari bulan sebelumnya sebesar US$1.146,27 per ton. Jika dibandingkan dengan Januari di tahun sebelumnya, harga CPO dan turunannya hanya US$835,43 per ton.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper