Bisnis.com, JAKARTA - Uni Eropa (UE) siap membahas pemotongan tarif pada mobil dan barang-barang lainnya sebagai upaya untuk mencegah perang dagang dengan Amerika Serikat (AS)
“Menurunkan tarif, bahkan menghilangkan tarif, katakanlah untuk produk industri, adalah sesuatu yang siap kami diskusikan, termasuk untuk melihat tarif mobil,” ujar komisaris Uni Eropa untuk perdagangan, Maros Sefcovic kepada audiensi di American Enterprise Institute dikutip dari Bloomberg, Kamis (20/2/2025).
Sefcovic berada di Washington untuk melakukan pembicaraan dengan tim perdagangan Presiden Donald Trump, dan akan bertemu dengan Menteri Perdagangan Howard Lutnick serta perwakilan perdagangan yang ditunjuk Jamieson Greer dan Kevin Hassett, penasihat ekonomi utama presiden, pada Rabu malam waktu setempat.
Komisioner UE mengatakan blok tersebut akan melakukan yang terbaik untuk menghindari bentrokan tarif yang semakin meningkat. Jika AS bertindak sejalan dengan ancaman Trump, Sefcovic mengatakan Uni Eropa tidak punya pilihan selain merespons dengan tegas dan cepat.
“Tetapi kami berharap untuk menghindari skenario ini, yang berarti tindakan dan tindakan penanggulangan yang tidak diperlukan," katanya.
Trump mengatakan AS akan mengenakan tarif sebesar 25% pada baja dan aluminium mulai 12 Maret 2025. Dia juga berjanji akan mengenakan tarif lain, termasuk tarif timbal balik berdasarkan kebijakan mitra yang dipandang sebagai hambatan bagi perdagangan AS. Trump menyebut pajak pertambahan nilai Uni Eropa sebagai tindakan yang ingin ia tanggapi.
Baca Juga
Trump juga menerapkan tarif otomotif yang lebih tinggi, terutama karena mengincar negara-negara Eropa. Dia menuntut agar UE menurunkan tarif untuk mobil-mobil Amerika, yang saat ini sebesar 10%, dibandingkan dengan tingkat tarif 2,5% di AS.
Namun, tindakan seperti itu akan memaksa blok tersebut untuk menurunkan bea masuk bagi seluruh anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), kecuali pengurangan tersebut merupakan bagian dari perjanjian perdagangan formal.
Komisi Eropa, badan eksekutif UE, mengatakan pada hari Selasa bahwa pihaknya belum membuat tawaran spesifik untuk mengurangi tarif impor mobil AS.
“Setiap pengurangan tarif harus saling menguntungkan dan dinegosiasikan dalam kerangka yang adil dan berdasarkan aturan,” kata komisi tersebut.
Sefcovic juga mengatakan pada hari Rabu bahwa UE siap untuk berdiskusi dengan AS mengenai perusahaan-perusahaan teknologi besar atau big tech. Dia menambahkan, peraturan blok tersebut bertujuan untuk melindungi perusahaan-perusahaan kecil terhadap perusahaan-perusahaan besar, daripada menargetkan Amerika.
Dia menuturkan, aturan UE sebenarnya tidak bersifat diskriminatif, tidak ditujukan untuk perusahaan teknologi besar AS. Pejabat pemerintahan Trump mengeluh bahwa perusahaan teknologi AS mendapat perlakuan tidak adil di Eropa.
Sebagai imbalan dalam perundingan perdagangan, UE telah menyarankan agar mereka membeli lebih banyak gas alam cair dan senjata dari AS. Namun jika negosiasi gagal, blok tersebut telah bersiap untuk membalas dengan cepat dan proporsional terhadap tarif AS.
Menteri Perekonomian Jerman Robert Habeck, dalam sebuah wawancara dengan lembaga penyiaran publik ARD, mengisyaratkan bahwa Eropa dapat menerapkan kembali bea masuk yang dikenakan kepada AS pada masa jabatan pertama Trump, ketika ia mengenakan tarif terhadap hampir $7 miliar ekspor baja dan aluminium Eropa.
Saat itu, UE membalas dengan menargetkan perusahaan-perusahaan yang sensitif secara politik, termasuk sepeda motor Harley-Davidson Inc. dan jeans Levi Strauss & Co. Kedua belah pihak mencapai gencatan senjata pada 2021, ketika AS memperkenalkan sistem kuota tarif sementara UE membekukan semua tindakan pembatasannya.
Habeck merujuk pada tindakan tersebut ketika ditanya seperti apa tanggapan UE terhadap tarif baru Trump.
“Mereka benar-benar memukul perekonomian, terutama negara-negara pendukung Trump. Eropa mempunyai tindakan balasan," katanya.
Namun, memasuki perang tarif dengan AS tidak hanya akan menimbulkan risiko bagi perekonomian Eropa tetapi juga bagi stabilitas politik UE, pada saat yang sulit ketika diplomasi Trump dengan Rusia telah menimbulkan kejutan di seluruh blok tersebut.