Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bahlil Tuding IMF Bikin Indonesia Berbalik dari Produsen jadi Pengimpor Minyak

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyalahkan IMF sebagai biang kerok di balik penurunan tren lifting tahun 1996-1997 hingga saat ini.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia di Istana Kepresidenan, Jakarta untuk menghadiri rapat terbatas bersama dengan Presiden Prabowo Subianto pada Selasa (4/2/2025)/Bisnis-Dany Saputra.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia di Istana Kepresidenan, Jakarta untuk menghadiri rapat terbatas bersama dengan Presiden Prabowo Subianto pada Selasa (4/2/2025)/Bisnis-Dany Saputra.

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menuding International Monetary Fund (IMF) sebagai biang kerok di balik penurunan tren lifting minyak nasional yang terjadi setelah tahun 1996-1997 hingga saat ini.

Kala itu, lifting minyak Indonesia mencapai 1,2 juta barel per day (mbopd) dengan konsumsi sebesar 500.000 - 600.000 bopd. Sementara itu, ekspor minyak nasional mencapai 1 juta mbopd. Total pendapatan RI pada 1997 bersumber dari migas sebesar 41,50%. 

"Seiring waktu berjalan, banyak perubahan-perubahan yang kita lakukan termasuk rekomendasi IMF ketika kita mau dibantu waktu itu. Dokternya ini IMF, dokter ini ada salah-salah juga, ini saya buktikan dokter ini salah. Dia suruh kita untuk membuat, merubah undang-undang gas. Apa yang terjadi? Trend lifting kita pasca 1996-1997 itu menurun terus," ujar Bahlil di Mandiri Investment Forum (MIF) 2025, Selasa (11/2/2025). 

Pada 2008, Bahlil menilai lifting minyak nasional mulai meningkat lantaran ditopang produksi dari lapangan Banyu Urip. Perbaikan terjadi hingga 2016, kendati demikian lifting minyak kembali ke angka 600.000 bopd dengan konsumsi 1,5 juta -1,6 juta bopd. 

"Jadi kondisi tahun 1997 itu berbalik sekarang. Makanya impor kita, impor kita sekarang 1 juta barel per day. Karena kita hanya kapasitas kita 600.000 barel per day," ujarnya. 

Kendati demikian, Bahlil menegaskan Presiden Prabowo Subianto telah menargetkan lifting minyak nasional dapat mencapai 900.000 hingga 1 juta barel per hari (mbopd) pada periode 2028-2029. Sementara, lifitng minyak saat ini rata-rata 579,7 mbpod sepanjang tahun lalu.

Target tersebut menjadi tantangan sekaligus peluang yang dapat dioptimalkan, terlebih Indonesia saat ini memiliki potensi 7.000-8.000 sumur potensial yang dapat berproduksi. Hal ini disebut dapat mendorong arahan dari Prabowo. 

"Presiden Prabowo menargetkan kami, dan beliau sudah canangkan agar di 2028-2029 lifting kita sudah harus mencapai 900.000 sampai 1 juta barel per day, ini tantangan, ini kerja keras," terangnya. 

Pihaknya tengah melakukan pendalaman untuk meningkatkan lifting minyak dari sumur-sumur yang potensial. Terlebih, dia juga mendorong baseline 301 sumur minyak yang telah selesai eksplorasi namun belum menerbitkan Plant of Development (PoD). 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper