Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan lifting minyak dan gas (migas) nasional secara akumulasi mencapai 1.606,4 million barrel oil of equivalent per day (Mboepd) sepanjang 2024. Capaian akumulasi tersebut masih lebih rendah dibandingkan target lifting APBN 1.668 Mboepd.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan, terjadi kenaikan lifting migas, khususnya dalam 2 bulan terakhir tahun lalu. Pada November 2024, realisasi lifting migas mencapai 1.748 Mboepd, sedangkan Desember 2024 mencapai 1.868 Mboepd.
"Lifting minyak dan gas akumulasinya sebesar 1.606,4 Mboepd. Kalau lihat grafiknya November-Desember itu antara target dan realisasi itu realisasi lebih tinggi dari target," kata Bahlil dalam konferensi pers capaian kinerja sektor ESDM, Senin (3/2/2025).
Capaian akhir tahun lalu meningkat signifikan dibandingkan dengan awal Januari 2024 yang realisasinya sebesar 1.442 Mboepd. Pada Februari 2024, lifting migas turun dan rekor terendah tahun lalu mencapai 1.406 Mboepd.
Secara terperinci, lifting minyak bumi sepanjang tahun lalu rata-rata sebesar 5.79,7 thousand of barrels oil per day (mbopd). Target lifting minyak bumi dari APBN mencapai 635 mbopd. Adapun, realisasi pada Desember tahun lalu mencapai 657 mbopd, sedangkan Januari lalu 532 mbopd.
"Artinya, target kita dari 600.000 mbopd tercapai, tapi dari target APBN kita tidak mencapai target, insyaallah 2025 ini capai target," jelasnya.
Baca Juga
Di sisi lain, lifting gas bumi tahun lalu mencapai 5.749,5 million standard cubic feet per day (MMscfd) dengan target APBN sebesar 1.033 MMscfd. Realisasi pada akhir tahun lalu sebesar 1.201 MMscfd.
"Lifting gas bumi kita itu 5.749,5 MMscfd kalau kita liat November-Desember ini juga terjadi kenaikan yang signifikan," tuturnya.
Dia menerangkan bahwa 67% untuk konsumsi gas digunakan domestik dan 33% untuk ekspor dengan volume pemanfaatan 5.786 BBtud. Dia memerinci, pemanfaatan gas doemstik pada 2019 mencapai 3.985 BBtud, sementara 2024 mencapai 3.881 BBtud.
"Ke depan kami lagi menghitung untuk KKKS [kontraktor kontrak kerja sama] baru yang akan melakukan produksi kami akan memprioritaskan untuk kebutuhan domestik dengan memerhatikan kontrak jangka panjang harus komit," pungkasnya.