Bisnis.com, JAKARTA — Bank sentral Jepang, Bank of Japan (BOJ) membuka peluang terjadinya kenaikan suku bunga acuan pada pekan depan dalam pertemuan bulanan kebijakan moneter 23—24 Januari 2025 mendatang.
Hal tersebut diungkapkan oleh Deputi Gubernur BOJ Ryozo Himino dalam pidatonya kepada para pemimpin bisnis lokal di Yokohama, Selasa (14/1/2025). Komentar ini juga melampaui pernyataan terbaru Gubernur BOJ Kazuo Ueda tentang pertemuan Januari 2025.
"Dalam menjalankan kebijakan moneter, sulit tetapi penting untuk menilai waktu yang tepat. Dewan akan berdiskusi untuk memutuskan apakah akan menaikkan suku bunga kebijakan atau tidak, berdasarkan prospek yang akan disusun pada pertemuan kebijakan moneter," kata Himino dikutip dari Bloomberg.
Komentar tersebut menggarisbawahi bahwa BOJ tidak mengesampingkan kemungkinan menaikkan biaya pinjaman bulan ini, dengan sebagian besar pengamat BOJ memperkirakan hal itu akan terjadi pada Januari atau Maret 2025. Ketika ditanya pada sore hari tentang komentarnya yang mengisyaratkan kemungkinan kenaikan, Himino menahan diri untuk tidak menjelaskan lebih lanjut untuk saat ini.
Deputi gubernur juga mengatakan ada berbagai risiko baik untuk kenaikan maupun penurunan, dan menggemakan Gubernur Kazuo Ueda dengan mengatakan momentum kenaikan upah tahun ini dan kebijakan ekonomi AS di bawah pemerintahan baru memerlukan perhatian.
"Kami pikir penilaian BOJ terhadap kenaikan upah tahun 2025 dan ketidakpastian atas pemerintahan AS yang akan datang telah membaik satu tingkat," tulis ekonom Takeshi Yamaguchi dan Masayuki Inui di Morgan Stanley MUFG Securities dalam sebuah laporan.
Baca Juga
Yamaguchi dan Inui kini melihat peluang yang lebih tinggi akan terwujudnya kenaikan suku bunga pada Januari 2025 berdasarkan komentar teranyar BOJ.
Mata uang yen melemah sebanyak 0,3% menjadi 158,02 terhadap dolar AS saat Himino berbicara di pagi hari, sebelum rebound ke sekitar 157,50 tak lama setelah itu dan tetap sedikit berubah selama konferensi pers sore. Swap indeks semalam memperkirakan sekitar 60% peluang kenaikan suku bunga pada pertemuan BOJ pekan depan, dan peluang 82% pada Maret 2025.
Kondisi Tenaga Kerja Jepang dan Ekonomi Global
Dalam pidato terjadwal terakhir oleh anggota dewan kebijakan BOJ menjelang pertemuan pekan depan, Himino mengindikasikan ekspektasinya terhadap kenaikan upah akan solid tahun ini.
Dia menyebut kekurangan tenaga kerja, kenaikan upah minimum dan survei terbaru yang menunjukkan kenaikan secara luas pada atau di atas level yang terlihat setahun yang lalu ketika serikat pekerja dan bisnis menyetujui kenaikan gaji terkuat dalam tiga dekade.
Pertanyaan penting lainnya di antara para pengamat BOJ adalah berapa lama bank sentral ingin memantau ketidakpastian dalam kebijakan ekonomi AS. Himino mengatakan hal tersebut adalah sesuatu yang harus terus dipantau BOJ.
Meski demikian, dia menyebut gambaran besarnya mungkin akan menjadi lebih jelas segera setelah Donald Trump mengambil alih Gedung Putih pekan depan, beberapa hari sebelum pertemuan kebijakan BOJ.
"Pemantauan berkelanjutan akan diperlukan, tetapi pidato pelantikan minggu depan akan memberi kita gambaran tentang arah kebijakan umum yang akan ditempuh pemerintahan baru," kata Himino.
Banyak pakar mengharapkan ekonomi AS akan terus berkinerja kuat selama periode mendatang, yang tampaknya bertentangan dengan prospek yang diperkirakan sekitar Agustus tahun lalu ketika risiko penurunan menjadi fokus.
Himino juga menegaskan kembali bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga jika prospeknya terus terwujud. Dia menuturkan, BOJ enggan menyebabkan kejutan tidak diinginkan kecuali pada saat krisis ekonomi.
Pada saat yang sama, Himino menyebut tidak mungkin membuat pasar sepenuhnya memperhitungkan hasil pertemuan kebijakan, karena bank membuat keputusan akhir melalui diskusi di pertemuannya.
"Kami tidak memiliki daftar periksa untuk memutuskan kenaikan suku bunga. Anggota dewan akan berdiskusi secara menyeluruh sambil memikirkan prospek keseluruhan, dan membuat keputusan yang tepat." kata Himino.
Pejabat BOJ kemungkinan akan membahas peningkatan prospek inflasi mereka pada pertemuan kebijakan, meskipun belum ada keputusan suku bunga yang dibuat saat ini. Hal itu terutama disebabkan oleh lonjakan harga beras baru-baru ini dan melemahnya yen sejak laporan prospek terakhir pada bulan Oktober.
Himino menuturkan, perkembangan harga dan ekspektasi inflasi, termasuk mekanisme ekonomi di baliknya, tampaknya sebagian besar berada di jalur yang benar.
"Jika prospek ini terus terwujud, Bank akan menaikkan suku bunga kebijakan sesuai dengan itu dan menyesuaikan tingkat pelonggaran moneter," ujar Himino.