Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan bahwa Amerika Serikat (AS), India, dan Filipina masih menjadi tiga negara penyumbang surplus neraca perdagangan terbesar Indonesia pada November 2024.
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan bahwa Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan nonmigas dengan AS sebesar US$1,58 miliar per November 2024. Menyusul India senilai US$1,12 miliar dan Filipina adalah US$770,3 juta pada November 2024.
“Untuk negara pertama adalah Amerika Serikat, di mana surplus dikontribusikan oleh komoditas utama, yaitu mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85) senilai US$307,3 juta,” kata Amalia dalam Rilis Berita Resmi Statistik di Jakarta, Senin (16/12/2024).
Pada periode yang sama, AS juga mencatat komoditas pakaian dan aksesorisnya (rajutan) atau HS 61 sebanyak US$226,2 juta, dan alas kaki (HS 64) senilai US$219,3 juta.
Menyusul ada India, dengan komoditas penyumbang surplus terbesar adalah dari bahan bakar mineral (HS 27) senilai US$462,9 juta, lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15) senilai US$406,6 juta. Serta, bahan kimia anorganik (HS 28) US$77,1 juta.
Kemudian, Filipina dengan komoditas penyumbang surplus tertinggi adalah kendaraan dan bagiannya (HS 87) atau senilai US$236,9 juta, bahan bakar mineral (HS 27) senilai US$220,4 juta, dan berbagai makanan olahan (HS 21) senilai US$49,5 juta.
Baca Juga
Di sisi lain, Brasil, Australia, dan China justru menjadi tiga negara penyumbang defisit terdalam. Masing-masing senilai US$344,5 juta, US$323,1 juta, dan US$283,2 juta pada November 2024.
Untuk Brasil, BPS mencatat gula dan kembang gula (HS 71) defisit US$267,9 miliar. Sedangkan komoditas defisit terdalam dengan Australia adalah bahan bakar mineral (HS 27) atau US$111,4 juta, dan dengan China adalah mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84).