Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa nilai impor turun cukup besar secara bulanan, sehingga surplus neraca perdagangan November 2024 meningkat cukup tinggi menjadi US$4,42 miliar.
Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menjabarkan bahwa pada November 2024, perdagangan Indonesia mencatatkan ekspor hingga US$24,01 miliar. Nilainya turun 1,7% secara bulanan atau dari posisi Oktober 2024 dengan ekspor US$24,42 miliar.
Penurunan nilai ekspor secara bulanan terjadi baik pada kelompok minyak dan gas (migas) maupun nonmigas. Namun demikian, nilai ekspor tetap tumbuh apabila dilihat secara tahunan atau dibandingkan dengan November 2023.
Impor Indonesia pun turut mencatatkan penurunan. Nilai impor November 2024 sebesar US$19,59 miliar turun 10,71% secara bulanan dari posisi Oktober 2024 senilai US$21,94 miliar.
Penurunan nilai impor yang lebih dalam dari ekspor membuat neraca perdagangan Indonesia semakin tinggi pada November 2024 dibandingkan bulan sebelumnya.
"Ekspor dan impor mengalami penurunan secara month to month [bulanan], tetapi impor lebih dalam jika dibandingkan dengan nilai ekspornya. Impor turun 10,71%, ekspor turun 1,70%," ujar Amalia dalam dalam konferensi pers pada Senin (16/12/2024).
Baca Juga
Surplus neraca perdagangan pada November 2024 mencapai US$4,42 miliar, naik cukup pesar dari posisi surplus per Oktober 2024 senilai US$2,48 miliar.
Menurut Amalia, nilai surplus neraca dagang November menjadi yang terbesar kedua sepanjang 2024. Surplus perdagangan tertinggi pada 2024 terjadi pada Maret yang mencapai US$4,57 miliar, dengan ekspor US$22,53 miliar dan impor US$17,96 miliar.
"November ini merupakan surplus terbesar kedua selama 2024," ujarnya.
Catatan surplus neraca perdagangan November 2024 rupanya jauh lebih tinggi di atas perkiraan para ekonom. Sebelumnya, berdasarkan konsensi proyeksi para ekonom yang dihimpun Bloomberg, nilai tengah atau median surplus neraca perdagangan November 2024 diperkirakan sebesar US$2,38 miliar.
Estimasi tertinggi dikeluarkan oleh ekonom dari JP Morgan Chase Bank NA Sin Beng Ong dengan nominal US$3,6 miliar.
Sebaliknya, estimasi terendah diberikan oleh ekonom Barclays Bank PLC Brian Tan dengan angka US$1,65 miliar.
Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede memproyeksikan neraca perdagangan Indonesia surplus senilai US$2,2 miliar pada November 2024.
Josua mengakui bahwa tren surplus perdagangan akan terus berlanjut seperti yang terjadi dalam 54 bulan terakhir. Kendati demikian, sambungnya, belakangan juga terjadi tren penurunan surplus perdagangan akibat tidak seimbangnya pertumbuhan impor dengan ekspor.
"Meskipun ekspor dan impor diperkirakan masih akan menunjukkan pertumbuhan dari tahun ke tahun, pertumbuhan impor diperkirakan akan melampaui pertumbuhan ekspor," jelas Josua kepada Bisnis, Minggu (15/12/2024).