Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Nusron Wahid menyebut program 3 juta rumah akan membutuhkan alokasi lahan jumbo mencapai 26.000 hektare per tahun.
Angka itu merupakan asumsi dari perhitungan 1 unit rumah subsidi dibangun di atas lahan seluas 60 meter persegi. Dengan demikian, dalam setahun pembangunan 3 juta rumah bakal membutuhkan alokasi lahan seluas 18.000 hektare hanya untuk pembangunan unit.
Sementara, untuk memenuhi area fasilitas umum dan sosial (Fasum/Fasos) sekitar 40% dari area hunian, maka dibutuhkan total lahan mencapai 26.000 hektare per tahun.
“Jadi sebetulnya proyek rumah MBR itu membutuhkan lahan sebesar 26.000 [hektare],” kata Nusron saat ditemui di Kantor Kementerian ATR/BPN, Kamis (29/11/2024).
Namun demikian, Nusron menyebut bahwa pada tahap awal pihaknya telah memiliki cadangan lahan terlantas seluas 1,3 juta hektare. Di mana, total lahan yang dapat digunakan untuk perumahan besarannya mencapai 200.000 hektare.
Untuk itu, dirinya mengaku bakal terus mendorong Bank Tanah dapat menumbuhkan pengelolaan lahannya.
Baca Juga
“Nah yang digunakan untuk permukiman [dari total cadangan lahan 1,3 juta hektare] Itu plus minus bisa angka sekitar 200.000. Nanti disampaikan khusus bank tanah,” tegasnya.
Adapun, dalam tahap awal, Kementerian ATR/BPN mengaku dapat mengalokasikan lahan seluas 157 hektare yang berlokasi di sejumlah wilayah untuk mendukung program 3 juta rumah.
Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait membocorkan, 157 hektare lahan itu berlokasi di Mojokerto, Jawa Timur dan Tangerang, Banten.
“Pak Nusron sudah siapkan tanah yang idle yang tidak bermasalah ya Pak Nusron ya. Cukup banyak di Mojokerto [luasnya] 151 hektare (Ha), statusnya adalah HGB [Hak Guna Bangunan],” tegasnya saat ditemui di Kantor Kementerian ATR/BPN, Selasa (5/11/2024).
Maruarar menjelaskan tanah di Mojokerto tersebut sudah siap untuk disurvei. Sementara itu, untuk lahan di wilayah Tangerang, Banten yang tersedia seluas 6 hektare.