Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menanti Data Inflasi AS, Bakal Perkuat Pelonggaran Suku Bunga The Fed?

Pemerintah AS akan merilis data inflasi pada pekan depan, yang menjadi indikator penting dalam memutuskan suku bunga acuan The Fed.
INFLASI VS DISINFLASI. Warga Amerika Serikat sedang berbelanja di supermarket milik Amazon./ Dok. REUTERS.
INFLASI VS DISINFLASI. Warga Amerika Serikat sedang berbelanja di supermarket milik Amazon./ Dok. REUTERS.

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah AS akan merilis data inflasi pada pekan depan, yang menjadi indikator penting dalam memutuskan suku bunga acuan The Fed atau Fed Fund Rate.

Melansir dari Bloomberg, Minggu (24/11/2024), angka-angka inflasi AS di minggu mendatang yang terlihat menunjukkan tekanan harga yang membandel, akan memperkuat sikap kehati-hatian Federal Reserve (The Fed) terhadap penurunan suku bunga pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Desember. 

Personal Comsumption Expenditure (PCE) atau Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi tidak termasuk makanan dan energi—ukuran yang lebih disukai Fed untuk mendasari inflasi—diproyeksikan naik 0,3% pada Oktober dari September, dan 2,8% dari tahun sebelumnya, yang merupakan kenaikan terbesar sejak April.

Laporan ini juga diperkirakan akan menunjukkan pengeluaran rumah tangga yang tangguh dan pertumbuhan pendapatan yang stabil pada awal kuartal keempat. 

Pengeluaran konsumen, yang tidak disesuaikan dengan perubahan harga, diperkirakan naik 0,4% setelah kenaikan 0,5% pada bulan sebelumnya. 

Pendapatan pribadi terlihat naik 0,3% untuk bulan kedua, didukung oleh pertumbuhan pekerjaan yang sehat tetapi moderat.

Sementara para pembuat kebijakan The Fed akan menerima satu set data inflasi lainnya— indeks harga konsumen dan produsen bulan November—sebelum pertemuan 17-18 Desember, mereka tidak akan melihat pengukur harga PCE lainnya saat mereka memperdebatkan apakah akan menurunkan suku bunga.

Ekonom Bloomberg yakni Anna Wong, Stuart Paul, Eliza Winger, Estelle Ou, dan Chris G. Collins meyakini beberapa pejabat The Fed yang mendiskusikan kondisi ekonomi AS akhir-akhir ini bahwa penurunan suku bunga pada bulan Desember bukanlah kesepakatan yang sudah pasti dan bank sentral dapat memperlambat laju pelonggarannya karena meredanya risiko pada perekonomian. 

Pada pekan depan, laporan pendapatan dan pengeluaran menjadi pukulan terbesar bagi para investor selama rentetan data pada hari Rabu menjelang liburan Hari Thanksgiving. Pemerintah pada hari itu juga akan merilis revisi produk domestik bruto kuartal ketiga, pesanan barang tahan lama, klaim pengangguran, dan angka-angka defisit perdagangan barang.

Pada hari Selasa, para investor akan menguraikan risalah pertemuan Fed awal November untuk mencari petunjuk mengenai keinginan para pembuat kebijakan untuk penurunan suku bunga ketiga kalinya secara beruntun bulan depan. Pada Jumat, para pelaku pasar menetapkan peluang yang sedikit lebih baik daripada peluang untuk pengurangan seperempat poin lagi.

Beralih ke utara, produk domestik bruto kuartal ketiga Kanada pada hari Jumat dapat membantu para pejabat memutuskan antara penurunan suku bunga 50 basis poin kedua atau langkah 25 basis poin yang lebih hati-hati pada bulan Desember. 

Data output menunjukkan pertumbuhan 1%, tatapi para ekonom memperkirakan angka-angka berbasis pengeluaran akan lebih dekat dengan estimasi bank sentral sebesar 1,5% ekspansi tahunan, yang mendukung argumen untuk pengurangan yang lebih bertahap.

Menuju FOMC bulan depan, The Fed dikabarkan ‘galau’ dalam penurunan suka bunga acuan. 

Presiden Fed Kansas City Jeffrey Schmid kepada Omaha Chamber of Commerce pada Selasa (19/11/2024) waktu setempat, mengatakan meski progres inflasi yang mengarah ke target 2% menandakan waktunya untuk memangkas suku bunga namun dia menilai The Fed masih harus melihat seberapa jauh suku bunga akan turun atau di mana suku bunga akhirnya akan stabil.

"Keputusan untuk menurunkan suku bunga merupakan pengakuan atas keyakinan yang tumbuh bahwa inflasi berada di jalur yang tepat untuk mencapai target Fed sebesar 2% - keyakinan yang sebagian didasarkan pada tanda-tanda bahwa pasar tenaga kerja dan produk telah mencapai keseimbangan yang lebih baik dalam beberapa bulan terakhir," kata Schmid dikutip dari Reuters, Rabu (20/11/2024).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Thomas Mola
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper