Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed Dikabarkan 'Galau' Lanjutkan Pangkas Suku Bunga

Bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) belum dapat memastikan seberapa jauh suku bunga acuan akan diturunkan.
Bagian luar Gedung Dewan Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, 14 Juni 2022./REUTERS-Sarah Silbiger
Bagian luar Gedung Dewan Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, 14 Juni 2022./REUTERS-Sarah Silbiger

Bisnis.com, JAKARTA - Bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) belum dapat memastikan seberapa jauh suku bunga acuan akan diturunkan.

Meski demikian, penurunan awal yang dilakukan oleh The Fed merupakan tanda kepercayaan bahwa inflasi kembali ke target 2%. 

Hal tersebut diungkapkan oleh Presiden Fed Kansas City Jeffrey Schmid kepada Omaha Chamber of Commerce pada Selasa (19/11/2024) waktu setempat. 

"Keputusan untuk menurunkan suku bunga merupakan pengakuan atas keyakinan yang tumbuh bahwa inflasi berada di jalur yang tepat untuk mencapai target Fed sebesar 2% - keyakinan yang sebagian didasarkan pada tanda-tanda bahwa pasar tenaga kerja dan produk telah mencapai keseimbangan yang lebih baik dalam beberapa bulan terakhir," kata Schmid dikutip dari Reuters, Rabu (20/11/2024).

Dia mengatakan, meski progres inflasi yang mengarah ke target 2% menandakan waktunya untuk memangkas suku bunga, dia menilai The Fed masih harus melihat seberapa jauh suku bunga akan turun atau di mana suku bunga akhirnya akan stabil.

Schmid, yang akan memiliki hak suara pada kebijakan suku bunga Fed tahun depan, tidak mengomentari apakah dia akan mendukung pemangkasan suku bunga seperempat poin persentase pada pertemuan bank sentral 17-18 Desember.

Sebagian besar pernyataan yang disiapkannya difokuskan pada isu-isu seperti demografi dan produktivitas yang dapat memengaruhi kebijakan moneter dalam jangka panjang dengan mengubah dinamika inflasi yang mendasarinya.

Namun, pada isu yang lebih terkini tentang pengeluaran pemerintah federal, Schmid mengatakan defisit fiskal yang besar tidak akan bersifat inflasi karena Fed akan melakukan tugasnya untuk menjaga inflasi pada target 2% yang ditetapkan.

Menurutnya hal itu dapat berarti suku bunga yang terus meningkat. Hal tersebut menjadi alasan mengapa penting bagi Fed untuk tetap independen dalam menetapkan kebijakan moneter.

"Otoritas politik mungkin lebih suka defisit tidak menyebabkan suku bunga yang lebih tinggi, tetapi sejarah telah menunjukkan bahwa tindak lanjut atas dorongan ini sering kali mengakibatkan inflasi yang lebih tinggi," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper