Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gubernur BI Sebut Penurunan Suku Bunga The Fed Bakal Terbatas, 50 Bps pada 2025

Bank Indonesia memperkirakan The Fed hanya akan menurunkan suku bunga dua kali pada tahun depan, berubah dari perkiraan awal yakni turun empat kali.
Bagian luar Gedung Dewan Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, 14 Juni 2022. / Reuters-Sarah Silbiger
Bagian luar Gedung Dewan Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, 14 Juni 2022. / Reuters-Sarah Silbiger

Bisnis.com, JAKARTA — Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memperkirakan bank sentral AS Federal Reserve atau The Fed masih akan melakukan pemangkasan suku bunga sebesar 25 bps pada Desember 2024 dan 50 bps sepanjang 2025 mendatang.

Perry menuturkan penurunan tersebut akan lebih terbatas pada tahun depan, sejalan dengan laju penurunan inflasi AS yang juga akan berjalan lebih lambat.

"Untuk tahun depan dari semula kami perkirakan empat kali [The Fed pangkas suku bunga], hanya akan turun 50 bps tahun depan turun dua kali masing-masing 25 bps," ungkapnya dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu (20/11/2024).

Sebelumnya dalam RDG bulan lalu—sebelum Pilpres AS dan sebelum Donald Trump dinyatakan menang—Perry meyakini The Fed akan memangkas Fed Fund Rate (FFR) sebanyak empat kali sepanjang tahun depan dengan total 100 bps.

Usai kemenangan Trump, Perry bersama jajaran deputi terus memantau perkembangan politik AS karena terdapat risiko global yang semakin tinggi dengan adanya potensi fragmentasi perdagangan.

Pasalnya, Trump akan menjalankan kebijakan inward looking atau mementingkan kepentingan ekonomi domestik. Termasuk di dalamnya penerapan tarif perdagangan yang tinggi dan kebijakan imigrasi yang ketat.

Alhasil hal tersebut akan berdampak pada risiko melambatnya pertumbuhan ekonomi di banyak negara termasuk China dan Eropa.

Lebih jauh lagi, kondisi tersebut berpotensi akan kembali meningkatkan inflasi dunia.

Di sisi lain, Perry mengungkapkan perubahan politik di AS tersebut telah berdampak pada menguatnya mata uang dolar AS secara luas dan berbaliknya preferensi investor global dengan memindahkan portfolio kembali ke AS.

Tak heran, negara maju lainnya maupun negara berkembang mengalami pelemahan nilai tukar, termasuk Indonesia.

Adapun, The Fed dikabarkan tengah dilanda kegalauan dalam memutuskan FFR pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) 17—18 Desember 2024 mendatang.

Melansir dari Reuters, The Fed belum dapat memastikan seberapa jauh suku bunga acuan tersebut akan diturunkan pada Desember.

Presiden Fed Kansas City Jeffrey Schmid kepada Omaha Chamber of Commerce pada Selasa (19/11/2024), mengatakan saat ini memang progres inflasi yang mengarah ke target 2% menandakan waktunya untuk memangkas suku bunga.

Meski demikian, dirinya menilai The Fed masih harus melihat seberapa jauh suku bunga akan turun atau di mana suku bunga akhirnya akan stabil.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper