Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Moody's Ramal Arus Dagang-Investasi Masuk ke Asean, Efek Kemenangan Trump

Adanya ekspektasi pelemahan ekonomi China usai Trump menjadi Presiden AS dinilai menjadi peluang bagi ekonomi India dan Asean.
Para kepala negara di Asia Tenggara berfoto saat KTT ke-43 ASEAN di Jakarta, Rabu (6/9/2023). / dok. Media Center KTT ASEAN 2023
Para kepala negara di Asia Tenggara berfoto saat KTT ke-43 ASEAN di Jakarta, Rabu (6/9/2023). / dok. Media Center KTT ASEAN 2023

Bisnis.com, JAKARTA — Lembaga pemeringkatan kredit internasional Moody’s Ratings meyakini arus perdagangan dan investasi akan masuk ke kawasan Asean dan India usai Donald Trump berhasil memenangkan Pemilu Amerika Serikat 2024.

Moody's memproyeksikan bahwa pemerintahan Trump nantinya akan lebih memilih kebijakan perekonomian yang proteksionisme. Artinya, Trump akan menerapkan tarif perdagangan yang tinggi hingga memperketat investasi di sektor-sektor strategis.

Dengan demikian, perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China akan semakin memanas. Dengan ekspektasi pelemahanan ekonomi China, investor pun akan coba mencari negara alternatif.

"Yang akan berdampak negatif pada ekonomi China dan akibatnya menghambat pertumbuhan regional. Namun, pergeseran ini mungkin menguntungkan India dan negara-negara Asean [Asia Tenggara]," tulis laporan terbaru Moody's yang terbit pada Senin (11/11/2024).

Secara khusus, Moody's melihat risiko gangguan pasokan semikonduktor global juga akan semakin nyata. Selama ini, China memang dikenal sebagai pemasok utama produk semikonduktor dunia.

Secara umum, Moody's menekankan bahwa tindakan proteksionisme Trump nantinya akan mengganggu rantai pasokan global dan berdampak negatif pada sektor-sektor yang bergantung pada bahan dan barang impor.

"Seperti manufaktur, teknologi, dan ritel," lanjut laporan tersebut.

Peluang Indonesia

Sejalan, pemerintah juga memproyeksikan bahwa ke depan investor asing akan semakin melirik Indonesia usai Trump memenangkan ajang Pilpres AS 2024.

Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM Nurul Ichwan menjelaskan bahwa perang dagang antara AS dan China akan semakin terasa usai Trump kembali memimpin Negeri Paman Sam.

Ketika pertama kali menjadi presiden AS pada 2017—2021, Trump sudah menaikkan tarif impor sejumlah komoditas strategis dari China yang kini akan semakin naik. Misalnya, tarif impor panel surya dan semikonduktor dari 25% (2018) menjadi 50% (2024) hingga tarif impor mobil listrik dari 25% (2018) menjadi 100% (2024).

Selama kampanye, sambung Ichwan, Trump juga kerap menyampaikan rencananya menetapkan blanket tariff sebesar 10%—20% untuk semua barang impor ke AS dengan tambahan 60%—100% tarif untuk barang asal China.

"Di tengah perang dagang AS-Tiongkok sejak 2019, Indonesia menerima relokasi dan diversifikasi investasi dari 58 perusahaan senilai US$14,7 miliar yang berasal dari AS, Eropa, dan Asia," ungkap Ichwan kepada Bisnis, Sabtu (9/11/2024).

Menurutnya, investor asing memang melirik negara-negara Asia Tenggara (Asean) sebagai alternatif dari China. Di Asean, menurutnya, investasi di sejumlah sektor penting seperti semikonduktor dan panel surya semakin meningkat pesat sejak perang dagang AS-China.

Oleh sebab itu, Ichwan menegaskan pemerintah akan coba memanfaatkan perang dagang AS-China yang kemungkinan akan semakin terekskalasi akibat kemenangan Trump.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper