Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom Center of Reform on Economics (Core) meramalkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2024 akan melanjutkan tren deflasi secara bulanan atau month to month(MtM).
Direktur Eksekutif Core Mohammad Faisal memprediksikan IHK akan berada di rentang deflasi 0,05% hingga inflasi 0,05% sejalan dengan masih lemahnya beli masyarakat.
“Potensi deflasi masih ada. Ini indikasi sampai dengan saat ini kecenderungan konsumsi lemah secara keseluruhan. Jadi, faktor demand yang paling mempengaruhi ini tidak lepas dari menurunnya sisi income.” tuturnya kepada Bisnis, Senin (30/9/2024).
Faisal melihat pendapatan riil utamanya turun atau tertahan, sehingga kecenderungan masyarakat melakukan belanjanya lebih selektif dengan memprioritaskan makanan ketimbang kebutuhan sekunder maupun tersier. Alhasil, hal ini yang mempengaruhi lemahnya peningkatan penjualan barang-barang secara umum.
Meski demikian, Faisal menilai deflasi yang terjadi pada akhir kuartal III/2024 ini merupakan rutin terjadi secara tahunan.
“Melihat siklus, umumnya September inflasi relatif rendah setiap tahun. Puncak inflasi pada Ramadan Lebaran, kemudian akan terus turun sampai September, Oktober mulai naik lagi dan puncaknya di Desember dan Januari,” jelasnya.
Baca Juga
Sebelumnya pada Agustus 2024, terjadi inflasi year on year (YoY) sebesar 2,12% dengan IHK sebesar 106,06.
Inflasi tahunan tersebut terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, utamanya kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 3,39%.
Sementara tingkat deflasi MtM Agustus 2024 sebesar 0,03% dan tingkat inflasi year to date (ytd) Agustus 2024 sebesar 0,87%.
Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan perkembangan Indeks Harga Konsumen September 2024 pada Selasa (1/10/2024) pukul 11.00 WIB.
Jika ramalan ekonom benar adanya, artinya Indonesia akan mengalami deflasi bulanan selama lima bulan beruntun sejak Mei 2024. Terakhir, Indonesia mengalami deflasi panjang usai krisis moneter 1998.