Bisnis.com, JAKARTA – Asian Development Bank (ADB) memperkirakan inflasi di kawasan Asia yang sedang berkembang dan Pasifik akan mereda lebih lanjut ke level 2,8% pada 2024, dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya 3,2%.
Dalam publikasi Asian Development Outlook (ADO) September 2024, beberapa negara diperkirakan masih menghadapi tekanan harga meski secara regional inflasi cenderung melandai. Penurunan inflasi regional terutama didorong oleh revisi ke bawah perkiraan inflasi China.
Tidak termasuk China, inflasi di kawasan Asia yang sedang berkembang dan Pasifik, diperkirakan mencapai 5,1%, dengan inflasi yang diperkirakan tetap tinggi di China, Myanmar, dan Pakistan di tengah ketegangan ekonomi dan politik.
Jika dirincikan, penurunan harga pangan dan properti akibat lemahnya permintaan domestik diperkirakan akan terus menekan inflasi China.
“Proyeksi inflasi China tahun 2024 telah direvisi ke bawah dari 1,1% pada ADO April 2024 menjadi 0,5%, karena tertundanya penurunan harga pangan dan pelemahan sektor properti yang sedang berlangsung,” tulis ADB dalam laporannya, Rabu (22/9/2024).
Sementara pada 2025, inflasi China diperkirakan sebesar 1,2%, turun dari 1,5% perkiraan pada April, yang masih dipengaruhi oleh permintaan domestik yang tetap lemah.
Baca Juga
Di sisi lain, depresiasi mata uang Laos dan Myanmar telah mendorong revisi ke atas perkiraan inflasi untuk kawasan Asia Tenggara, yaitu sebesar 3,3% dari 3,2% perkiraan sebelumnya.
Perkiraan inflasi Laos diperkirakan mencapai 25%, tertinggi di antara 46 negara berkembang di Asia Tenggara, sementara Myanmar diperkirakan meningkat menjadi 20,7%.
“Keduanya didorong oleh depresiasi mata uang mereka, yang telah meningkatkan tekanan inflasi domestik,” sebut ADB.
Sebaliknya, inflasi direvisi turun untuk beberapa negara, termasuk Brunei Darussalam, Kamboja, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Timor Leste.