Bisnis.com, JAKARTA – PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR) mengungkapkan kesiapannya untuk mengimplementasikan sistem bayar tol nirsentuh atau Multi Lane Free Flow (MLFF) di ruas Jalan Tol Dalam Kota Jakarta atau Jakarta Inner Ring Road.
Senior Manager Representative Office 2 Jasamarga Metropolitan Tollroad, Ginanjar Bekti, menuturkan implementasi Multi Lane Free Flow (MLFF) secara terbatas menjadi Single Lane Free Flow itu dilakukan dalam rangka meningkatkan layanan transaksi.
“Peningkatan kapasitas transaksi dengan menyediakan 32 unit Mobile Reader untuk mempercepat waktu transaksi, implementasi dan pengembangan transaksi Single Lane Free Flow (SLFF),” kata Ginanjar dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (5/9/22024).
Perinciannya, peningkatan kapasitas transaksi itu terdiri dari 19 Gerbang Tol dengan gardu operasi sebanyak 84 gardu yang terdiri dari 48 Gardu Tol Otomatis (GTO) Single dan 36 GTO Multi.
Sementara itu, pada bidang layanan lalu lintas dilakukan Pemasangan Dynamic Message Sign (DMS) pada akses sebanyak 1 unit, DMS Mobile 3 unit, DMS Gerbang Tol 16 unit dan DMS lajur sebanyak 5 unit, Pemasangan 1 speed camera dan 262 CCTV, dan Pemeliharaan sarana keselamatan lalu lintas dengan jumlah kendaraan Operasional sebanyak 29 armada.
Sebagai informasi, dalam dokumen milik Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) merinci setidaknya terdapat 7 ruas tol yang rencananya bakal dipilih sebagai lokasi implementasi sistem bayar tol nirsentuh atau Multi Lane Free Flow (MLFF) selama masa transisi.
Baca Juga
Ruas tol yang dipilih pada tahap awal implementasi MLFF itu tersebar di Jalan Tol Trans Jawa, Jalan Tol Bali dan Jalan Tol di Kalimantan. Perinciannya, 7 ruas tol tersebut di antaranya Jalan Tol Bali Mandara, Tol Balikpapan – Samarinda (Balsam), Tol Jagorawi dan Tol Jakarta – Cikampek (Japek).
Kemudian, Jalan Tol Soedijatmo, Tol Dalam Kota, dan Tol Ruas Jakarta Outer Ring Road (JORR) 1 juga masuk ke dalam daftar ruas tol yang bakal mengimplementasikan MLFF lebih awal di masa transisi.
Adapun, latar belakang implementasi MLFF dilakukan karena temuan World Bank pada tahun 2019 yang mencatat Indonesia mengalami kerugian hingga Rp56 triliun akibat kemacetan.
Kemudian, dalam dokumen feasibility study Kementerian PUPR, Indonesia mengalami kerugian sebesar Rp4,4 triliun per tahun akibat antrean kendaraan di gerbang tol. Oleh karena itu, penerapan sistem MLFF dinilai menjadi solusi atas persoalan tersebut.