Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan alasan pentingnya kelompok kelas menengah dalam perekonomian Indonesia, karena salah satunya kebiasaan doyan belanja.
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan pengelompokan kelas menengah berasal dari besaran pengeluaran. Kelompok ini, disebut Amalia sebagai fast spender dan big spender, yakni sering belanja dan belanja dengan jumlah banyak.
"Jadi mengapa kelas menengah itu bisa menjadikan bantalan perekonomian? Karena dia adalah fast spender, big spender," ungkapnya dalam konferensi pers, Jumat (30/8/2024).
Melalui kebiasaan kelas menengah tersebut, Amalia menekankan hal itu dapat memperkokoh perekonomian, baik dari sisi permintaan atau konsumsi rumah tangga.
Mengingat, kelompok kelas menengah dan menuju kelas menengah atau aspiring middle class (AMC) sebanyak 185,35 juta orang atau lebih dari setengah jumlah penduduk Indonesia.
"Mengapa kelas menengah ini penting? Karena memang kelas menengah memiliki peran yang sangat kritikal dan krusial sebagai bantalan ekonomi suatu negara," tutur Amalia.
Baca Juga
Secara teori, Amalia menjelaskan di saat bantalan ekonomi tebal maka ekonomi suatu negara akan relatif tidak rentan terhadap gejolak yang datang baik dari eksternal atau dari domestik.
Sebaliknya, ketika proporsi kelas menengah itu relatif tipis maka suatu perekonomian itu kurang resilien nantinya terhadap guncangan.
"Jadi artinya peran kelas menengah tidak hanya di Indonesia tetapi di berbagai dunia ini menjadi penting untuk memperkuat daya tahan suatu ekonomi terhadap berbagai guncangan," jelasnya.
Sebelumnya, isu kelas menengah menjadi perhatian karena terjadi penurunan jumlah penduduk kategori tersebut sebanyak 9,4 juta jiwa dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
Menyikapi hal tersebut, sebelumnya Wakil Ketua Komisi XI DPR Dolfie Othniel Frederic Palit mendorong pemerintah untuk gerak cepat melakukan intervensi untuk kelas menengah dan menyesuaikan masing-masing kelompok kelas.
Selama ini paling banyak insentif diberikan kepada kelompok miskin dan rentan miskin. Kelompok Menengah dan AMC bergantung dari tetesan kelas atas. Sementara kelas atas banyak menerima insentif fiskal, baik fasilitas dari Bank Indonesia maupun Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Ke depan harus clear, intevensi pemerintah terhadap masing-masing kelas dan alokasi anggarannya. Kelas menengah juga perlu diurus. 98 [Tahun 1998] kan kelas menengahnya yang terganggu, jadi krisis ekonomi," ungkapnya beberapa waktu lalu.